Esensi ’30 By 30’ Untuk Keberlangsungan Manusia dan Alam

Ilustrasi human. Foto/Pixabay
Sumber :

Hal ini juga terefleksi dalam pola pemanfaatan sumber daya oleh masyarakat yang masih bergantung pada hutan. Sebagai contoh, kegiatan fasilitasi pemetaan partisipatif yang telah dilakukan bersama masyarakat adat pemegang hak ulayat di Papua (Merauke, Boven Digul, dan Mappi) tergambar jelas adanya beragam fungsi penggunaan lahan masyarakat baik dari lahan untuk pemenuhan protein, karbohidrat, sumber air, tempat sakral dan sebagainya. Tentu ruang kelola masyarakat adat ini menjadi bagian dalam mosaik lanskap yang dimanfaatkan secara lestari dan turun-temurun. 

Banjir Bandang Terjang Musi Rawas Utara

Oleh karena itu, kami percaya ada persyaratan penting sebagai syarat untuk mendukung gagasan ini seperti sepenuhnya mengakui dan mengamankan hak masyarakat termasuk mempromosikan beragam model ‘tata kelola' melalui pengukuran konservasi berbasis kawasan efektif lainnya (OECMs) dan mengurangi separuh jejak produksi dan konsumsi pada tahun 2030, untuk negara-negara yang konsumsi per kapitanya tinggi (negara maju).

Hal yang perlu dilakukan kemudian adalah mengukur status dan tren keanekaragaman hayati pada beragam pola penggunaan lahan sebagai mosaik antara kawasan berfungsi lindung dan budidaya yang dikelola oleh beragam aktor dan sektor, termasuk masyarakat adat. Kontribusi para pihak dalam pengelolaan lanskap akan memberikan ruang yang ramah terhadap keanekaragaman hayati dan co-exist dalam habitat yang sama.

Festival Muaro Padang: Semarak Budaya "Tempo Doeloe" Menanti Pengunjung dan Wisatawan

Usulan perluasan ruang untuk konservasi melalui 30 by 30 yang diartikan sempit pada ‘status dan penguasaan kawasan’, telah mendegradasikan cara pandang kreatif dan inovatif dalam memberikan solusi terhadap upaya pelestarian keanekaragaman hayati. Seperti bagaimana mengatasi konektivitas habitat di hutan yang terfragmentasi, mempertahankan populasi yang layak, menjaga keterwakilan tipe ekosistem, pengelolaan yang efektif, dan tata kelola yang inklusif.

Sebaliknya meningkatkan target perluasan ruang pelestarian keanekaragaman hayati akan merangsang pemikiran yang kritis dan kreatif guna menjadikan alam sebagai solusi (nature-based solutions), terhadap masalah sosial yang kita hadapi seperti banjir, ketahanan pangan, bencana iklim dan beragam ancaman lainnya.

ASN Padang Tunjukkan Semangat Baru di Hari Pertama Kerja Pasca Lebaran, Kehadiran Capai 100 Persen