Rekam Jejak Sang Ayah Juga Penyebab Prabowo Subianto Unggul di Ranah Minang

Prabowo Subianto. Sumber Foto Akun Fraksi Gerindra
Sumber :

Padang – Lembaga Survei Indonesia (LSI) beberapa waktu lalu merilis hasil survei peta elektoral Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) di Provinsi Sumatra Barat. 

Fraksi Gerinda Sumatera Barat Usul Pansus Dugaan Penyelewengan Pajak di Bapenda

Hasilnya, dari simulasi enam nama tertutup Calon Presiden Prabowo Subianto, paling banyak dipilih masyarakat Sumbar, mencapai 41 persen. Ketua Umum Partai Gerindra yang juga kini menjabat sebagai Menteri Pertahanan RI itu, bercokol cukup jauh dari pesaing-pesaingnya.

Urutan kedua setelah Prabowo ada nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan 34.8 persen, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno 6,5 persen, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo 5.1 persen, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil 1,7 persen, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto 0,1 persen. Yang belum menjawab mencapai 10.9 persen.

Real Count KPU: Perolehan Suara Prabowo - Gibran Kian Kokoh 

Lalu, apa yang menyebabkan Prabowo selalu unggul di Ranah Minang?, terutama sejak Pilpres 2014 silam. Saat itu, Ranah Minang merupakan salah satu wilayah lumbung suara terbanyak bagi Prabowo. 76,9 persen atau setara dengan 1.797.505 suara.

Menurut peneliti sejarah Sumatera Barat Maiza Elvira, di panggung Sejarah masyarakat Sumatera Barat memiliki keterikatan dengan ayah Prabowo Subianto yaitu Soemitro Djojohadikusumo. Soemitro, adalah tokoh yang mendukung perlawanan masyarakat Sumatera barat dalam aksi protes dan tuntutan penerapan otonomi daerah atau yang dikenal dengan PRRI pada tahun 1957. 

Program Makan Siang Gratis dan Susu Anak Budiman Sebut Langsung Dilaksanakan Pasca Pelantikan

Soemitro menurut Maiza Elvira, juga menjadi salah satu orang yang menggagas Negara Minangkabau di tahun-tahun terjadinya perang tersebut, meski kemudian tidak terlealisasi. 

Bersama-sama dengan Bung Hatta, Soemitro memberikan dukungan penuh terhadap perjuangan masyarakat Sumatera barat dalam menuntut pemerintah pusat yang saat itu dipimpin oleh Soekarno untuk menepati janjinya yaitu menerapkan sistem otonomi daerah, karena adanya kesenjangan pembangunan yang terjadi antara pulau Jawa, dan daerah pulau Jawa. 

Halaman Selanjutnya
img_title