Menumpas Bencana Karhutla di Bumi Sriwijaya
- Humas BNPB
Padang – Muara Enim dan Musi Banyuasin merupakan dua kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan yang sampai hari ini masih dilanda kebakaran hutan dan lahan.
Pada tahun ini, sebanyak 12 kabupaten di Bumi Sriwijaya itu, sudah melaporkan kejadian karhutla, termasuk dua kabupaten tadi, meskipun sebagian wilayah di selatan Pulau Sumatera telah memasuki musim penghujan.
Karhutla sendiri menjadi jenis kejadian bencana peringkat kedua setelah banjir dan banjir bandang. Dari total 1.464 kejadian bencana sejak 1 Januari hingga 27 September 2024, kejadian karhutla tercatat sebanyak 289 kali terjadi.
Selasa kemarin, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto memutuskan untuk melihat langsung penanganan karhutla dan kondisi di lapangan bersama Pj. Gubernur Sumatera Selatan, Elen Setiadi.
Menggunakan helikopter, Suharyanto kemudian melakukan patroli udara di wilayah Kecamatan Gelumbang, Kabupaten Muara Enim.
Dalam peninjauan udara itu, keduanya melihat sendiri beberapa titik api (hot spot) yang ditandai dengan adanya kepulan asap berwarna putih masih terlihat membumbung tinggi ke angkasa.
Meski sudah tidak terlalu banyak titik hot spot, namun hal itu tetap menjadi prioritas utama pemadaman. Sebab, jika itu diabaikan maka dapat berpotensi semakin luas.
Usai melakukan patroli udara, Suharyanto kemudian meninjau lokasi terdampak karhutla menggunakan sepeda motor jenis trail. Jaraknya tidak lebih dari tiga kilometer dari lokasi pendaratan helikopter.
Setibanya di lokasi, Suharyanto masih menjumpai adanya kepulan asap yang keluar dari dalam tanah. Seperti yang sebelumnya terlihat dari pantauan udara.
Dari hasil tinjauan lapangan itu, Suharyanto mengingatkan agar penanganan karhutla harus terus dilakukan dengan cepat, terorganisir, tepat sasaran dan dipastikan bahwa api benar-benar padam.
Dia tidak ingin kejadian karhutla tahun 2015 dan 2019 terulang kembali. Sebab, kejadian karhutla di dua periode itu telah membuat reputasi penanganan dipertanyakan oleh berbagai pihak.
“Karena di 2019 ketika el nino kita seolah-olah tidak berdaya mengatasi karhutla. Tahun 2015 kita diprotes karena asapnya menyeberang ke negara tetangga,” kata Suharyanto dikutip dari keterangan resminya, Kamis 3 Oktober 2024.
Suharyanto kemudian mengapresiasi upaya tim satgas gabungan dalam menumpas titik api yang masih membandel.
Kebakaran lahan gambut memang butuh penanganan khusus. Sebab, meski terlihat sudah padam namun boleh jadi bara api masih terkandung di dalam tanah.
Kepala BNPB itu, juga melihat bagaimana dua helikopter water bombing BNPB mondar-mandir mengguyurkan air ke titik-titik api yang masih menyala.
Upaya satgas darat dan udara itu menjadi bukti bahwa sebenarnya Indonesia mampu, meski fenomena el nino juga melanda di tahun 2023 lalu.
“Tahun 2023 walau el nino karena kita lebih cepat, gesit dan terpadu, kebakarannya ada, tapi lebih sedikit dan tidak sampai menyeberang. Dari 2015 sampai tahun ini turun terus,” tutup Suharyanto.