MASA Site-Specific Performance di Menhir Maek
- Padang Viva
Padang – Dengan pelangkahan ‘khas’ seorang pandeka, Jeff menenteng satu asoi sampah di tangannya kirinya. Ia bersama tiga rekannya, anak nagari Maek, baru saja membersihkan beberapa sampah di situs Menhir Balai Batu. Di suatu sore itu, Jorong Koto Tangah, Maek, memang lagi ramai-ramainya.
Ramai orang yang menanti-nanti malam penutupan Festival Maek, di mana anak kemenakan mereka akan tampil bersama 3 koreografer dalam suatu pertunjukan kolaboratif. Situs Balai Batu yang jadi arena pertunjukan, cukup banyak dikunjungi orang.
“Tempat ini sakral, tempat sakral harusnya bersih dan suci. Jika situsnya kotor, tidak suci, kita bakal sulit untuk terkoneksi dengannya, untuk menyatu dengan situs itu sebagai bagian dari alam. Apabila itu terjadi, maka ia dan rekan-rekannya akan kesulitan mengekspresikan koneksi tersebut lewat gerak tubuh,"kata ,” Jeff, Senin 22 Juli 2024 .
Demikian kira-kira pandangan koreografer yang berbasis di Jakarta itu atas hubungan lingkungan dan kualitas gerak tubuh alias koreografi. Dengan kata lain, baginya, koreografi atau tari adalah laku hidup dimana manusia dan alam mesti membangun hubungan yang erat, sehat, dan suci.
Tim kebersihan yang tak lama kemudian datang, jadi ringan sekali pekerjaannya. Mereka jadi lebih berkonsentrasi untuk menyiapkan lapangan bola, venue utama malam penutupan Festival Maek, Sabtu 20 Juli 2024, yang berjarak sekira 200-an meter dari Situs Menhir Balai Batu.
Setelah ikut bantu-bantu sedikit, saya pamit kepada Jeff yang tak hanya mengajarkan dasar-dasar gerak tari pada para rekan penampilnya, namun juga memberi teladan langsung betapa tari, koreografi, adalah suatu laku hidup, bukan sekedar kesenian yang dijadikan tontonan sambutan buat para pembesar.
Sendi Oryzal menggesek biolanya di tengah area Situs Menhir Balai Batu. Musik yang ia kompos untuk pertunjukan tersebut, menyambut 13 penari yang berjalan berarakan dari luar situs ke area situs; alunan biola yang bikin bulu kuduk merinding itu juga barangkali paimbau (pemanggil bernuansa magis) para penari, para manusia untuk masuk ke tempat sati (bertuah) itu.
Bianca Sere Pulungan, koreografer dari Jerman itu, juga tampak telah menunggu di dalam area situs. Jika Sendi memanggil para penari dengan biolanya, Bianca maimbau mereka dengan gerak tubuhnya. Memakai kostum serba putih, ia mengibar-ngibarkan selendang merah pekat seperti merayu-rayu para penari agar segera masuk ke Situs Balai Batu.
Para penari pun masuk ke area situs. Sebagian membawa obor, sebagian hanya melenggang dengan selendang disampirkan di bahunya, selendang merah, biru, jingga, dan oranye. Sebagian berkostum serba putih, lainnya berkostum warna merah dan hitam.