Pacu Jalur: Membaca Kode Rahasia dalam Tradisi Mahakarya Budaya Kuantan Singingi
- Kemenpar
Padang – Di tengah gemuruh sorak sorai penonton dan ayunan dayung yang serentak, Festival Pacu Jalur di Kuantan Singingi, Riau, adalah sebuah teks budaya raksasa yang menunggu untuk dibaca.
Lebih dari sekadar ajang perlombaan, Pacu Jalur adalah gudang simbol, tanda, dan makna yang mendalam.
Melalui kacamata semiotika, kita dapat menguak lapisan-lapisan arti yang tersembunyi di balik setiap gerak, hiasan, dan ritual dalam tradisi yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda ini.
Pusat dari tradisi ini, "jalur" atau perahu panjang, adalah simbol paling fundamental. Dibuat dari satu batang pohon utuh, ia melambangkan kesatuan, keutuhan, dan kekuatan yang berasal dari alam.
Bentuknya yang ramping dan aerodinamis mencerminkan efisiensi dan kecepatan. Hiasan pada haluan dan buritan jalur, yang sering berupa ukiran kepala naga, buaya, atau burung, bukanlah sekadar ornamen.
Ini adalah simbol mitologi dan spiritual yang dipercaya membawa perlindungan, keberanian, dan keberuntungan.
Kepala naga bisa diartikan sebagai kekuatan penjaga air, buaya sebagai ketangkasan, dan burung sebagai kecepatan serta pandangan jauh ke depan.