Cak Imin 'Terpental' dari Prabowo, Kini Jadi Bakal Cawapres Anies

Bacawapres Muhaimin Iskandar
Sumber :
  • Dok. PKB

Padang – Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, telah mengalami perubahan nasib yang mengejutkan dalam dunia politik Indonesia. Ia awalnya dianggap sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres) dari Prabowo Subianto, namun nasibnya tidak berpihak padanya. Kini, Cak Imin malah menjadi bakal cawapres dari Anies Baswedan.

Kronologi perubahan ini dimulai setelah Cak Imin membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) PKB. Setelah Rakornas, ia menghadiri acara perayaan HUT Partai Amanat Nasional (PAN) yang diadakan di Hotel Sultan pada tanggal 28 Agustus 2023. Saat acara tersebut, pengumuman perubahan nama Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) menjadi Koalisi Indonesia Maju (KIM) disampaikan.

Perubahan nama koalisi ini tidak melibatkan Cak Imin, yang menjadi sorotan bagi kader PKB yang mengikuti Rakornas. Dalam wawancara dengan jurnalis senior Karni Ilyas, Cak Imin mengungkapkan pemahamannya tentang situasi tersebut.

"Ini artinya akan ada perubahan KKIR menjadi koalisi baru. Itu artinya nasib ketua umum di koalisi baru ini tidak menentu," ujar Cak Imin.

Cak Imin juga mengungkapkan bahwa pembicaraan intensif mengenai pemilihan presiden tahun 2024 dengan Partai Gerindra telah berlangsung. Namun, meskipun ia sering berada dalam kunjungan bersama Prabowo ke berbagai daerah, hasilnya tidak selalu pasti. Ia bahkan menyebut adanya istilah "11-12," yang berarti jika pasangannya tidak sesuai, mereka akan berpisah dengan cara yang akrab.

Meskipun ada pembicaraan yang intens dengan Gerindra, Cak Imin merasa bersyukur dengan keputusan yang diambil dalam Rakornas PKB. Ia melihatnya sebagai tanda tangan Tuhan yang menunjukkan bahwa ia memiliki mandat untuk menentukan arah koalisi partai.

Baca juga: Cak Imin Ditolak Hadir di Acara MTQ International Tanah Laut Usai Diundang

Cak Imin menggambarkan situasi PKB dan Gerindra seperti aliran air. Namun, ia mengingatkan bahwa air yang tidak mengalir atau stagnan dianggap sebagai sesuatu yang tidak baik. Ia merasa bahwa sebelum ada tambahan partai-partai lain dalam koalisi, aliran air antara PKB dan Gerindra masih berjalan lancar. Ketika ditanya tentang calon wakil presiden dari Gerindra untuk Prabowo, Cak Imin adalah nama yang paling sering muncul.

Namun, semuanya berubah drastis setelah acara HUT PAN di Hotel Sultan. PAN dan Golkar telah bergabung dalam koalisi Prabowo, yang membuat Cak Imin merasa terpinggirkan.

"Begitu acara di PAN berlangsung, saya benar-benar merasa terpinggirkan, sangat terpinggirkan. Saya bertanya kepada salah satu ketua umum partai, 'Siapa cawapresnya, boss?' Dan dia menyebutkan nama," ungkap Cak Imin.

Hal ini membuatnya menyadari bahwa koalisi Prabowo sudah cukup dengan kehadiran PAN, Gerindra, dan Golkar. Dalam pandangan Cak Imin, dengan demikian, PKB tidak diperlukan lagi dalam koalisi tersebut.

Cak Imin mengakui bahwa nama calon wakil presiden yang disebutkan oleh salah satu ketua partai adalah pimpinan partai itu sendiri. Ia juga menyindir bahwa jika itu sudah cukup, koalisi Prabowo dapat melanjutkan tanpa kehadiran PKB.

Setelah insiden tersebut, Cak Imin hampir meninggalkan acara HUT PAN, tetapi seorang petinggi partai menghentikannya dan bertanya tentang keberangkatannya. Cak Imin menjawab dengan nada sinis bahwa ia akan pergi, tetapi petinggi partai tersebut mengajaknya untuk ikut serta.

Namun, Cak Imin memutuskan untuk kembali ke kantor DPP PKB di Menteng, Jakarta Pusat, di mana ia memimpin rapat. Dalam rapat tersebut, diputuskan untuk segera mencari poros baru di luar koalisi Prabowo.

Cak Imin menjelaskan bahwa mereka perlu mencari aliran baru di mana ideologi dan cita-cita mereka dapat mengalir. Kejutan politik datang ketika Ketua Umum Nasdem, Surya Paloh, mengajaknya untuk makan malam pada tanggal 29 Agustus 2023.

"Ini seperti aliran air, barangkali. Saya menerima undangan makan malam dengan Surya di suatu tempat," kata Cak Imin.

Dari pertemuan itu, Cak Imin menemukan kemitraan politik baru dengan Anies Baswedan yang didukung oleh Nasdem.