Perempuan Minang, Kunci Utama Membangun Keluarga Islami

Bundo Kanduang Sumatera Barat. Foto/Wahyu Saputra
Sumber :

"Zaman sekarang banyak perempuan yang tak punya rasa malu. Bergoyang-goyang di TikTok, curhat dan mengumbar-ngumbar aib keluarga di sosial media," ujarnya.

Padahal dalam peradaban Islam, sebut Puti, konsep diri Bundo Kanduang harus merujuk pada ABS-SBK. Selaku ciptaan Tuhan yang terbaik dan sempurna, maka dalam bersikap, berpikir, berperilaku, serta berbudaya yang syariat Islam.

Menurutnya, Bundo Kanduang merupakan contoh dan teladan budi bagi masyarakatnya, kaumnya, dan bagi keluarganya. Ia sosok ibu berwibawa, arif bijakasana, suri teladan, memakai raso-pareso, dan sopan santun bertutur.

Selain itu, dalam rumah tangga, perempuan Minang merupakan pemilik semua sako dan pusako kaum yang diwariskan garis keturunan. Maka dari itu pula, perempuan Minang lebih mandiri dan tidak terlalu bergantung kepada laki-laki (suami).

"Jika diibaratkan perusahaan, kedudukan perempuan ialah Mande Soko pemilik sako dan pusako, alias Presiden Komisaris, laki-laki sebagai mamak kaum atau pelaksana (direksi)," terangnya.

Dengan alasan itu pula, sebut pensiunan Dosen Universitas Andalas (Unand) Padang ini, perempuan Minang harus bisa memberi warna, arah, dan pendidikan bukan hanya untuk keluarga inti, tapi juga bagi semua anggota kaumnya. 

Ia berpendapat, bagi perempuan Minangkabau yang memahami konstelasi ini, tidak lagi perlu menuntut kesetaraan jender atau emansipasi. Pasalnya, melalui sistem matrilineal, pada hakikatnya kedudukan dan peran perempuan sudah melebihi yang dibutuhkan masyarakat modern.