Anak Nagari Gotong Royong Persiapkan Festival Maek di Limapuluh Kota

Persiapan Festival Maek
Sumber :
  • Padang Viva

Padang – Menjelang gelaran Festival Maek 17 hingga 20 Juli 2024, masyarakat bergotong royong di sekitar area festival, di Jorong Koto Tangah, Nagari Maek. Rute menuju area festival pun turut dibuat bersih dan nyaman bagi pengunjung dan tamu festival.

"Ini adalah salah satu bentuk dukungan masyarakat terhadap festival Maek. Masyarakat Maek sangat mendukung festival ini. Niniak Mamak, Cadiak Pandai, hingga jajaran pemerintah,"kata Wali Nagari Maek, Efrizal Hendri Dt Patiah, Rabu 17 Juli 2024.

Meskipun pada awalnya sempat ada friksi dalam masyarakat Maek, katanya melanjutkan, semua pada akhirnya dapat dikoordinasikan. Intinya kita mendukung, sangat mendukung, selagi tujuannya untuk kebaikan bersama. Kita dukung penuh. 

Sedari awal kata Efrizal Hendri, anak nagari Maek turut menginisiasi Festival Maek. Dalam Focus Discussion Group (FGD) yang digelar di Maek pada Juli 2023 lalu, perlunya sebuah festival untuk mempromosikan potensi wisata dan budaya Maek. Tidak hanya ke masyarakat Indonesia, namun juga ke warga dunia. 

Selain turut menginisiasi festival, anak nagari Maek juga ikut berpartisipasi sebagai penampil dalam festival. Beberapa kesenian tradisi yang hidup di Maek akan dipertunjukan dalam festival, seperti ‘Rabab Maek’. 

Di samping itu, anak nagari Maek juga membuat karya pertunjukan bersama dengan komposer dan koreografer dari Indonesia, Jerman, dan Australia. Mereka adalah Sendi Oryzal, Jefriandi Usman, Bianca Sere Pulungan, dan Janette Hoe, yang berkolaborasi dengan 20 anak nagari Maek untuk membuat seni pertunjukan bertajuk “MASA”. 

Seni pertunjukan kolaboratif itu akan ditampilkan di malam pembukaan dan penutupan Festival Maek. 

Direktur Festival Maek, Donny Eros, mengatakan, Festival Maek memang berupaya melibatkan anak nagari secara aktif dalam perencanaan, konsep, serta dalam pertunjukan-pertunjukan.

“Kita, kan, memang inginnya festival itu berasal dari bawah, bukan sepenuhnya dicangkokkan dari atas,” kata Donny. 

Menurut Donny Eros, Festival Maek tidak hanya selebrasi, tapi juga ada pertukaran budaya antara komunitas lokal, interaksi budaya dan keilmuan antara komunitas lokal dan para fasilitator dari luar Maek di dalamnya. 

Eros juga menyinggung soal pentingnya pelibatan komunitas lokal dalam festival, terutama festival terkait cagar budaya di Dunia Ketiga. 

“Cagar-cagar budaya Dunia Ketiga selama ini cenderung terabaikan, kalah pamor oleh cagar-cagar budaya Dunia Pertama. Kondisi seperti ini, ada kaitannya dengan semacam bias dalam melihat nilai penting suatu cagar budaya,” ujarnya.

Diketahui, selain pertunjukan kolaboratif “MASA,” selama 4 hari Festival Maek akan menghadirkan sejumlah pertunjukan budaya dari Kabupaten-kabupaten di Sumbar dan Provinsi lain di Indonesia.  

Ada pertunjukan gamelan dari Gamelan Kalatidha, Jawa Tengah, performance art dari Riau yang berkisah tentang Candi Muara Takus, hingga kesenian-kesenian tradisional Minangkabau seperti Sirompak Taeh, Dikia Pano, Tari Togah, Ulu Ambek, dan sebagainya.