Mengembalikan Kejayaan Kopi Kayu Aro
- Padang Viva/Andri Mardiansyah
Padang – “ Tanaman tua. Kopi, begitu orang di kampung kami menyebutnya. Sempat jaya, namun dimusnahkan. Diganti dengan tanaman muda. Ada tomat, cabai, lobak dan sayur mayur lainnya. Susah dijual, tak mendatangkan uang banyak. Terjual pun harganya sangat murah. Itu kenapa tanaman tua yang konon bibitnya dibawa oleh orang-orang Belanda itu, dimusnahkan Ninik Mamak terdahulu,”. Demikian kata Dori Novembra (32 tahun), Ketua Kelompok Tani Kopi Kayu Aro mengawali cerita di Sabtu siang, 18 November 2023.
Dori Novembra, merupakan warga Jorong Dusun Limo Aia Bada, Nagari Batang Barus, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Sejak tahun 2018 lalu, ia bersama dengan puluhan petani lainnya, mencoba mengembalikan kejayaan kopi Kayu Aro dari masa lampau.
Keberanian Dori bersama para petani untuk berinovasi dari tananam muda ke tanaman tua serta melepas belenggu dari jeratan para tengkulak yang menyetir harga, kini sudah membuahkan hasil.
Petani di kampungnya kata Dori, sekarang tak lagi memandang kopi sebagai tanaman tua yang tak bernilai. Sebaliknya, kopi saat ini sudah dianggap tanaman yang mampu memberikan harapan baru untuk meningkatkan kesejahteraan. Meski begitu, petani di daerahnya tetap menanam dan merawat tanaman muda. Bahkan, ada yang menggunakan metode campur sari disela tanaman kopi.
“Kalau perawatan kopi tidak ribet. Arabica jarak tanam 2 hingga 3 meter. Bisa diselingi dengan tanaman mudo. Dari semai bibit hingga panen, kisaran 2 tahun. Kalau kita kasih pupuk untuk kopi, secara langsung tanaman mudo juga terpupuk. Kita berinovasi dengan metode tumpang sari. Kopi menghasilkan, tanaman mudo juga menghasilkan. Penghasilan kita naik,”ujar Dori.
Meski, jumlah produksi saat ini masih terbilang sedikit, namun harum semerbak aroma khas dari balik kepulan asap tipis seduhan kopi, dinilai Dori mampu memberikan harapan baru. Ia yakin, seiring dengan kebangkitan kejayaan kopi Kayu Aro, kesejahteraan petani-petani di kampungnya juga akan kian baik.
“Prospek kopi sekarang sangat menjanjikan. Perubahan ekonomi sangat terasa sejak kami menanam kopi kembali. Harapan untuk masyarakat, mulailah menanam kopi ini. Kalau kita tanam kopi, perekonomian itu berubah, menjanjikan. Kalau biasa kita jual ke tengkulak dengan harga murah, sekarang sudah nampak titik terang harga yang sebenarnya. Ada dukungan dari Aqua,”kata Dori Novembra.
Peran Aqua
Green Bean atau biji kopi Kayu Aro yang masih dalam proses penjemuran
- Padang Viva/Andri Mardiansyah
Marwah kopi Kayu Aro kini perlahan mulai hidup lagi. Hijau dan merah merona buah Cherry nya memberi harapan baru. 2018 menjadi titik balik kebangkitan kejayaan kopi Kayu Aro, tanaman tuo yang pada masa lampau itu diabaikan bahkan sempat dimusnahkan.
Dori mengisahkan, melihat rekam jejak perjalanan di masa lampau, sungguh sulit untuk kemudian mengembalikan kejayaan kopi Kayu Aro jika tidak ada dukungan dari PT Tirta Investama Pabrik Solok l, Sumatera Barat.
PT Tirta Investama Pabrik Solok l lah menurut Dori yang menebar virus positif kepada para petani di kampung kami. Pada 2018 itu, datang perwakilan dari Aqua menemui kami di kampung ini.
Pada saat itu kata Dori, orang-orang dari Aqua, menyampaikan jika kawasan lahan pertanian Kayu Aro memiliki potensi bagus untuk dikembangkan menjadi perkebunan kopi. Mereka meyakinkan kami jika saat ini, kopi memiliki prospek cerah baik di pangsa pasar lokal, nasional hingga mancanegara.
“Dari hasil pembicaraan dengan pihak Aqua waktu itu, beberapa petani tergerak untuk menanam kopi lagi. Bahkan kita sekarang sudah ada kelompk tani. Anggotanya ada 35 orang. Kalau pribadi sulit memasarkan kopi. Sekarang Alhamdulillah, lantaran ada dukungan dari Aqua, pemasaran sudah bagus,”kata Dori.
Proses Panen Petik Cherry Arabica Kopi Kayu Aro
- Padang Viva/Andri Mardiansyah
Dori bilang, melalui program Corporate Sosial Responsibility (CSR), Aqua menyalurkan banyak bantuan. Ada bibit kopi Arabica, pupuk, rumah produksi hingga uang. Bibit kopi dan pupuk itu, dibagikan ke petani yang tergabung dalam kelompok tani Kayu Aro. Sementara uang, kami pergunakan untuk membeli hasil panen Cherry kopi dari para petani.
“Satu petani di kelompok tani kami, diberi 300 batang bibit kopi dan pupuk 20 karung. Pupuk itu untuk kebutuhan selama setahun. Itu semua dari Aqua,”ujar Dori.
Tak sampai disitu, menurut Dori hasil panen kopi di kampungnya juga dibeli oleh Aqua dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan jika dijual ke tengkulak. Ia merinci perbandingan harga. Untuk satu kilogram kopi dalam bentuk Green Bean atau biji kopi mentah, Aqua mematok harga beli Rp130 ribu perkilogram. Jika sudah di Roasting atau di sangrai, dibeli Aqua seharga Rp170 ribu perkilogram. Harga ini, jauh lebih mahal ketimbang dibeli oleh tengkulak.
“Aqua membeli ke kami tetap harga pasar. Kalau ke tengkulak, terakhir tahun 2019 kopi jenis Robusta kita, dibeli hanya seharga Rp40 hingga 50 ribu. Kalau yang Arabica kisaran Rp70 sampai 80 ribu,”tambah Dori.
Sama dengan Dori, Musril (64 tahun), salah satu petani Kayu Aro juga sudah mulai merasakan dampak perubahan ekonomi setelah kembali menanam kopi. Ia mengisahkan singkat, pahitnya merawat dan memasarkan kopi robusta peninggalan leluhurnya selama ini.
Antara tenaga, waktu dan modal merawat kata Musri, tak imbang dengan hasil keuntungan yang diperoleh. Itu sebab kenapa ia juga beralih ke tanaman mudo. Namun, sejak 2021 ia memantapkan hati untuk kembali menaman dan merawat kopi. Berawal dari 70 bibit kopi arabica, kini di lahan sekitar 200 hektar sudah tertanam 500 batang kopi. Cuan pun mulai mengalir dari biji kopi.
“Di kebun saya masih ada tanaman kopi yang usianya 50 sampai 100 tahun. Peninggalan nenek moyang. Sembari merawat jeruk, kulit manis dan cabai, kini saya tambah, saya tanam lagi kopi. Robusta dan Arabica saya tanam. Kalau cabai panen sekali lima bulan. Kopi ini, awal-awal panennya 15 hari sekali, sekarang sudah sekali seminggu. Sekali panen bisa 11 kilogram,” begitu diceritakan Musril.
Dikemas Dengan Dua Merek
Kopi Kayu Aro dalam bentuk Cherry, Green Bean, seduhan V60 dan kemasan
- Padang Viva/Andri Mardiansyah
28 November 2023 kata Dori, rumah produksi dimana tempat Cherry kopi diolah dan dikeringkan melalui metode pengeringan dengan sinar matahari langsung, akan diresmikan. Seiring dengan itu, juga akan diluncurkan dua nama merek yakni, kopi Tirto Kayu Aro dan Kopi Kayu Aro. Penyematan kata Tirto, merupakan usulan dan permintaan dari manajemen Aqua. Sementara Kayu Aro, merupakan nama daerah
“Namanya tetap kopi Kayu Aro. Nanti akan ada kemasan dengan tambahan merek yakni, Kopi Tirto Kayu Aro. Jadi akan ada dua merek. Sama-sama pakai kata Kayu Aro. Kemasan yang ada saat ini mereknya Kopi Kayu Aro. Kita jual seharga Rp66 ribu untuk green bean yang sudah di roasting dan Rp35 ribu untuk per 250 gram,” kata Dori.
Punya cita rasa khas dengan sedikit ada rasa buah coklat dan melon serta tingkat kadar asam yang kurang, Dori meyakini jika kopi Kayu Aro akan mampu bersaing. Kini, ia dan petani lainnya sedang berupaya meningkatkan jumlah produksi kopi dan mencari celah pangsa pasar.
Ia menyebut, jumlah produksi kopi Kayu Aro saat ini masih sedikit. Baru bisa memenuhi permintaan Aqua untuk kebutuhan internal. Meski demikian, Dori yakin jumlah produksi akan terus meningkat seiring dengan tumbuh kembang tanaman kopi yang kian baik saat ini.
“Sekarang baru bisa mencukupi permintaan Aqua. Awal panen, Cherry kopi dari petani, kami terima per 15 hari sekali. Sekarang sudah seminggu sekali. Satu petani rata-rata bisa panen 30 kilogram. Kita beli Rp11 ribu perkilogram untuk Cherry jenis Arabica dan Rp5 ribu perkilogram untuk Robusta,”jelas Dori.
Masuk Dalam Daftar Brand Kopi Tirto
Kopi Kayu Aro dalam bentuk Cherry, Green Bean dan hasil seduhan V60
- Padang Viva/Andri Mardiansyah
Azra'I, Stakeholder Relation Manager PT Tirta Investama Pabrik Solok l menyebut jika di awal Desember 2023, kopi Kayu Aro sudah masuk kedalam salah satu brand kopi Tirto menyusul kopi Pandaan asal Jawa Timur, Tanggamus dari Lampung, Wonosobo, Jawa Tengah, Cupunagara dari Subang, Jawa Barat dan kopi Jempanang asal Bali yang sudah lebih dulu.
Ia menjelaskan bahwa kopi Tirto merupakan produk gabungan dari lima perusahaan Corporate Sosial Responsibility nya Aqua yang menaungi produksi kopi di Indonesia dengan metode budidaya yang berkaidah dengan konservasi diberbagai daerah tangkapan air (catchment area).
“Nah, kita pada 28 November 2023 nanti akan launching. Kopi Kayu Aro masuk dalam salah satu brand kopi Tirto. Brand kopi Tirto Kayu Aro dan brand Kopi Kayu Aro, dua brand yang akan kita launching sekaligus,”ujar Azra'I.
Azra'I berharap, pasca diluncurkannya dua brand kopi yang tetap menyematkan nama Kayu Aro ini, akan membuat petani-petani di wilayah itu mendapatkan penghasilan tambahan. Ia menilai, petani di Kayu Aro kini sudah mulai tertarik untuk menanam kopi lagi. Mulanya, di tahun 2018 itu hanya lima petani yang tertarik. Saat itu, bersama dengan mitra dari Field Indonesia, Aqua memberikan pelatihan untuk petani bagaimana cara menanam, merawat dan mengelola tanamam kopi yang baik.
“Di Kayu Aro ini sejak tahun 1970 identik dengan tanaman kopi. Namun jelang tahun 1990 kopi, tidak begitu baik secara pasaran sehingga petani pada saat itu tidak mengurus ladangnya dan membiarkan tanaman kopi itu. 2018 kita gaungkan lagi. Bibit dan pupuknya kita bantu. Pendampingan dilakukan mitra dari Field Indonesia,”ujar Azra'I.
Seiring waktu kata Azra’I, jumlah petani yang kembali menanam kopi akan semakin bertambah. Sudah 25.500 benih kopi Arabika varietas Sigarar Utang asal Sumatera Utara dibagikan kepada para petani. Selain dapat menciptakan cita rasa kopi spesial premium yang kuat, jenis benih Sigarar Utang memang cocok dengan kondisi tofografi di Kayu Aro.
Kini kata Azra'I, petani kopi di Kayu Aro tidak lagi berkutat soal cara menanam dan merawat hingga kopi dipanen. Di fasilitator oleh mitra dari Human Initiative, mereka kini sudah mengolah biji kopi dan mengemas dengan baik bahkan, sudah mencari pangsa pasar sendiri.
“Dengan didampingi teman-teman dari Human Initiative, kelompok tani Kopi Kayu Aro kini sudah memperkuat produk dengan pelabelan (Brand). Mereka kita perbolehkan juga menjual kopi kemana saja. Namun, kebutuhan kita juga dipenuhi,” tambah Azra'I.
Kokoh di Pasar Internasional
Cherry dan Green Bean Kopi Kayu Aro
- Padang Viva/Andri Mardiansyah
Kepala Balai Karantina Pertanian Padang Kelas I, Iswan Haryanto menyebut perkembangan pengiriman kopi asal Sumatera Barat baik ke dalam maupun luar negeri menunjukkan tren yang positif dalam segi harga. Dalam dua tahun terakhir, kami melihat adanya penurunan dalam jumlah tonase.
Pada Tahun 2022 jumlah kopi yang diekspor sebanyak 361.600 kilogram, sedangkan pada tahun 2023 jumlahnya hanya 334.440 kilogram. Meski demikian, harga nilainya meningkat dari 13,56 miliar menjadi 14,9 miliar. Ini mengindikasikan pertumbuhan kualitas industri kopi di wilayah Sumatera Barat.
"Secara umum dapat dikatakan bahwa sektor pengiriman kopi Sumatera Barat tetap kokoh. Baik di dalam negeri maupun luar negeri, terus berkembang,"ujarnya.
Iswan menjelaskan, keunikan cita rasa kopi Sumbar saat ini telah menjadi daya tarik tersendiri. Kami melihat minat yang meningkat dari konsumen baik domestik maupun mancanegara terhadap kopi berkualitas tinggi dari Sumbar. Adanya upaya untuk memasarkan dan meningkatkan kualitas kopi, telah berkontribusi positif terhadap posisi Sumbar di pasar kopi global.
"Potensi kopi Sumbar tidak hanya terletak pada cita rasa yang khas, tetapi juga pada upaya pemerintah daerah dan pelaku industri untuk terus meningkatkan kualitas dan keberlanjutan produksi kopi. Kami dalam upaya membantu meningkatkan ekspor, telah melakukan bimbingan teknis kepada petani kopi dengan mendatangkan narasumber eksportir dari luar sumbar. Kami juga siap mendukung dan berkolaborasi untuk memastikan keberlanjutan industri kopi Sumbar,"kata Iswan.
Aqua Bikin Kualitas Seduh Kopi Semakin Berkualitas
Seduhan V60 kopi Arabica Kayu Aro
- Padang Viva/Andri Mardiansyah
Satriadi, founder Kurmakopi sekaligus instruktur barista dan praktisi kopi di Sumatera Barat menjelaskan, untuk menghasilkan kualitas seduhan kopi yang baik, dipengaruhi beberapa faktor antara lain, pemilihan biji kopi, proses roasting, hasil gilingan halus dan kasar dan, waktu berapa lama atau pendek air bertemu dengan kopi.
Dan yang paling menentukan selanjutnya yakni, kualitas air yang digunakan untuk menyeduh kopi. Dari pengalaman selama menggeluti dunia perkopian kata Satriadi, salah satu kualitas air yang baik untuk menyeduh kopi ada pada Aqua.
Bahkan kata Satriadi, disetiap momen ia melatih calon barista, air yang digunakan untuk menyeduh kopi adalah Aqua. Menurutnya, kadar Potential of Hydrogen (Ph) alias tingkat keasaman Aqua, seimbang dan memenuhi standar untuk menghasilkan seduhan kopi yang berkualitas tinggi. Ph Aqua sendiri, diketahui berada di range 6 hingga 8,5 dan sesuai dengan standar SNI 3553:2015.
“Alasan pakai Aqua, karena kita ingin mendapatkan kualitas seduhan yang baik. Kalau air nya sesuai dengan standar penyeduhan yang baik, maka kualitas seduhan kopi juga akan baik. Nah, kadar Ph airnya, yang disarankan itu seimbang. Dan itu, salah satunya ada pada Aqua,”ujar Satriadi.
Seduhan V60 kopi Arabica Kayu Aro
- Padang Viva/Andri Mardiansyah
Satriadi melanjutkan, dengan kadar Ph yang seimbang Air Aqua sangat cocok digunakan untuk menyeduh kopi dengan teknik manual brew seperti French Press, Aeropress dan V60. Bahkan, terkadang ketika kita sudah menyeruput kopi dan minum air putih, rasa manis yang muncul pada kopi secara alamiah, itu masih terasa.
“Itulah kenapa harga secangkir kopi mahal. Karena pemilihan bahan baku, salah satunya air yang berkualitas tadi. Beberapa kafe di Sumatera Barat termasuk saya, menggunakan air Aqua. Aqua direkomendasi apalagi untuk seduhan dengan teknik manual brew,”tutup satriadi.
Sampai saat ini, alam Kayu Aro masih memberikan anugerah. Tanahnya, mampu menyuburkan kopi yang menghasilkan cita rasa khas. Namun dibalik itu semua, ada ancaman besar yang menghantui eksistensi kopi Kayu Aro bahkan bisa menghantarkannya kepada kepunahan.
Efek perubahan iklim yang terjadi saat ini, tidak menutup kemungkinan dapat menyebabkan kopi kayu Aro tidak lagi layak ditanam pada ketinggian 800 sampai 1.115 Mdpl seperti saat ini. Jangan abai, perubahan iklim mampu memicu adanya perubahan fisik, berpengaruh pada cita rasa, produksi hingga hama penggerek.
“ Suka tidak suka, mau tidak mau, kita sudah dihadapkan dengan fenomena perubahan ilkim. Lakukanlah riset untuk kemudian memunculkan kopi yang punya retensi terhadap perubahan iklim. Jika tidak, maka akan datang dimana masa kita mengucapkan Sayounara kepada kopi Kayu Aro. Semoga tidak, Aqua pasti punya cara“.