Merekam Konservasi Elang Flores di Taman Nasional Gunung Rinjani

Elang Flores yang terancam punah. Foto: aktual/istimewa
Elang Flores yang terancam punah. Foto: aktual/istimewa
Sumber :
  • Padangviva

Padang – Elang flores atau Flores Hawk-Eagle (Nisaetus floris E. Hartert, 1898) merupakan burung pemangsa/raptor endemik yang hanya hidup di Kepulauan Sunda Kecil termasuk Pulau Flores, Sumbawa, dan Lombok.

Elang flores berstatus kritis (Critically Endangered) yang merupakan resiko kepunahan satu level sebelum punah di alam (Extinct in the Wild) (The IUCN Red List of Threatened Species, 2018). 

Berdasarkan artikel yang ada dalam buku 100 Plus Inovasi KSDAE yang ditulis oleh Teguh Rianto, jenis burung pemangsa ini merupakan salah satu spesies dari 25 spesies prioritas nasional yang menjadi target peningkatan populasi sebesar 10% dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Populasi elang flores di alam saat ini diperkirakan berjumlah sekitar 100-240 individu dewasa dan diduga mengalami penurunan populasi tiap tahunnya (The IUCN Red List of Threatened Species, 2018) karena perburuan dan hilangnya habitat karena perubahan fungsi lahan atau tutupan tegakan hutan. 

"Untuk perubahan habitat akan berpengaruh besar pada burung pemangsa karena hilangnya mangsa," kata Teguh Rianto.

Sebuah studi tentang elang flores menemukan sebaran pada 9 lokasi di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) yaitu Santong, Anyar, Senaru, Aik Berik, Steling, Joben, Kembang Kuning, Aikmel, Sembalun dengan ketinggian antara 900-1500 mdpl.  

"Populasi yang ditemukan sebanyak 12 pasang," ujarnya.

Penelitian-penelitian sebelumnya, belum banyak memberikan gambaran mengenai aspek detail yang dapat diungkap dari kehidupan elang flores ini, baik terkait populasi aktual maupun aspek ekologi terkait reproduksinya pada saat musim berkembang biak (breeding season). 

Aspek ekologi perkembangbiakan elang flores masih menjadi tantangan bagi para peneliti. Hal ini terkait lokasi spesifik sarang yang terpencil dan sulit diakses seperti kemiringan ekstrim dan ketinggian tempat maupun secara alami dengan adanya kamuflase perlindungan sarang terhadap predator. 

Di sisi lain, pelaksanaan penelitian melalui pengamatan langsung terhadap proses perkembangbiakan elang flores akan menyita banyak waktu, tenaga dan selain itu akan membawa resiko lebih besar untuk mengganggu proses perkembangbiakan itu sendiri.

Oleh karena itu diperlukan terobosan untuk melakukan penelitian mengenai perilaku perkembangbiakan elang flores melalui penerapan teknologi pengamatan jarak jauh (remote video surveillance).

Penerapan teknologi pengamatan menggunakan video telah banyak dilakukan dalam bentuk kamera jebak offline, kamera trap nirkabel berbasis motion detection, maupun menggunakan remote video surveillance berupa CCTV (Closed-Circuit Television). Teknologi CCTV dapat berupa analog maupun IP camera yang berbasis network.

Penggunaan teknologi ini memungkinkan pengamatan selama 24 jam penuh dari jarak jauh, sehingga tidak mengganggu aktivitas elang flores selama musim berbiak pada tahun 2021.

Data-data secara detail dan setiap aspek perilaku elang flores dapat terekam baik dari jarak jauh secara nirkabel sehingga dapat menghemat biaya operasional dibandingkan dengan pengamatan langsung. 

Selain itu, peralatan yang dipergunakan dapat dimanfaatkan kembali pada musim berbiak pada tahun berikutnya untuk mendapatkan serial data yang dapat dianalisis lebih lanjut sebagai siklus hidup/ life cycle yang utuh mengenai elang flores.