Tradisi Serak Gulo: Warisan Budaya yang Penuh Makna Asal Tanah Hindustan

Serak Gulo
Sumber :
  • Diskominfo Padang

Padang – Di bawah langit senja kota Padang yang perlahan berubah jingga, hiruk-pikuk terdengar memadati kawasan Jalan Pasa Batipuh.

Pempek Kelezatan Pempek Kuliner Ikonik dari Kota Palembang

Ribuan orang berkumpul, membentuk lautan manusia di depan Masjid Muhammadan, menunggu satu momen sakral yakni Festival Serak Gulo

Lima ton gula pasir yang diselimuti kain berwarna-warni, berkilauan di bawah cahaya, menjadi pusat perhatian. Gula itu, seperti pencerita diam, membawa kisah panjang yang merangkum sejarah, keberkahan, dan kebersamaan.

Pemko Padang Sebut Tak Ada Lagi Beda Negeri-Swasta, Pendidikan Gratis di Padang

Tradisi ini bukan sekadar perayaan. Ia adalah penghormatan kepada Shaul Hamid, seorang ulama besar asal India yang jejak spiritualnya tetap hidup di hati para pengikutnya. 

Setiap 1 Jumadil Akhir, tradisi ini dihidupkan kembali, seperti nyala lentera di malam gelap, menyatukan warga keturunan India dengan masyarakat Padang dalam harmoni yang tak ternilai.

Kabar Gembira! Siswa Kurang Mampu di Padang Dapat Seragam dan LKS Gratis di Tahun Ajaran Baru

Serak Gulo, bukan hanya tradisi biasa, melainkan cermin Kota Padang sebagai rumah bagi berbagai etnis yang hidup berdampingan.

Tradisi itu kini menjadi Warisan Budaya Tak Benda, bukti pengakuan atas nilai luhur yang dikandungnya. Tiga ton gula itu menjadi simbol kolaborasi yang memupuk rasa persaudaraan. 

Ketika waktu menunjukkan pukul lima sore, puncak acara tiba. Lantunan doa mengalun, membalut suasana dengan khidmat.

Sebelum gula dilemparkan, bendera hijau berlambang bulan dan bintang dikibarkan di puncak Masjid Muhammadan, menjadi pertanda bahwa kebahagiaan siap disebar.

Panitia dengan cekatan membawa gula ke atap masjid dan empat panggung di sekitarnya.

Ketika gula mulai dilemparkan, suasana pecah oleh pekik tawa anak-anak dan antusiasme orang dewasa.

Tangan-tangan menggapai, berlomba meraih manisnya rezeki. Bagi mereka, gula itu bukan sekadar benda, melainkan simbol keberkahan yang dicari dan dirayakan bersama.

Dalam kerumunan itu, semua batas lenyap. Yang kaya, yang miskin, yang muda, yang tua, semua sama.

Gula-gula yang terserak menjadi penghubung jiwa-jiwa, menjadikan kota Padang sebagai panggung besar bagi kebersamaan yang autentik.

Tradisi Serak Gulo adalah narasi yang manis, lebih manis dari gula itu sendiri. Ia mengajarkan bahwa hidup adalah tentang berbagi.

Tradisi itu kembali membuktikan bahwa warisan budaya tak hanya hidup dalam ingatan, tetapi juga dalam perayaan yang merangkul semua.