Rocky Gerung Kritik Instruksi Panglima TNI memiting masyarakat Pulau Rempang

Rocky Gerung.
Sumber :
  • viva.co.id

Padang – Pengamat Politik, Rocky Gerung, dengan tegas mengkritik pernyataan Panglima TNI, Laksamana Yudo Margono, terkait instruksi pemitingan warga di Pulau Rempang, Batam. Yudo memberikan instruksi ini sebagai respons terhadap demo anarkis yang terjadi di sana.

Menurut Rocky, tindakan ini mengakibatkan ketakutan dalam kalangan warga Pulau Rempang. Rocky berpendapat bahwa Panglima TNI seharusnya tidak harus menurunkan 1.000 personel untuk menghadapi 1.000 orang, melainkan lebih penting adalah menjaga wibawa TNI melalui komunikasi yang baik.

Rocky juga membandingkan peran TNI dan polisi dalam situasi seperti ini. Menurutnya, polisi bertanggung jawab untuk menghadapi demonstran secara fisik, tetapi tidak harus bersikap represif. Sementara TNI, sebagai simbol pertahanan negara, seharusnya tidak terlibat dalam tindakan terhadap masyarakat.

"Kalau rakyat dan TNI itu ibarat ikan dan air di zaman kemerdekaan. Jadi, kalau sekarang ikan berkelahi dengan air, itu gak masuk akal," ungkapnya dikutip dari akun YouTube Rocky Gerung Official melalui VIVA, Senin, 18 September 2023. 

Sebelumnya, video pernyataan Panglima TNI Yudo Margono mengenai pemitingan warga Pulau Rempang menjadi viral di media sosial dan memicu kontroversi. Mabes TNI menjelaskan bahwa pernyataan Yudo telah disalahpahami oleh sebagian masyarakat. Yudo sebenarnya menginstruksikan agar tidak menggunakan senjata dalam menghadapi demonstrasi di Pulau Rempang, demi menghindari potensi korban.

Baca juga: Panglima TNI 'Piting Memiting' masyarakat Pulau Rempang, Kapuspen TNI Beri Bantahan

Kapuspen TNI, Julius Widjojono, menekankan bahwa Panglima TNI ingin menjaga keselamatan baik aparat maupun masyarakat dengan mengurangi penggunaan peralatan yang dapat mematikan. Istilah "piting memiting" yang digunakan oleh Yudo dimaksudkan untuk mengajak prajurit untuk merangkul masyarakat dan mencegah bentrokan. Bahasa prajurit seringkali disalahartikan oleh masyarakat yang tidak terbiasa dengan gaya bicara mereka.