Polisi Ungkap Hasil Visum Dokter Audia Risma Lestari
- Viva/ist
Padang – Kasus bunuh diri yang dilakukan dokter muda Aulia Risma Lestari hingga kini masih menjadi misteri.
Dari tangkapan layar pesan dari dokter-dokter yang beredar di laman media sosial, Aulia Risma diyakini nekat bunuh diri lantaran tak kuasa menahan bully dari senior dan tekanan dan jam kerja yang tinggi.
Dokter muda yang bertugas di RSUD Kardinah itu, diketahui sedang mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi di Universitas Diponegoro (Undip) di RSUP Kariadi Semarang.
Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol Irwan Anwar, dalam mengatakan, tidak ditemukan indikasi perundungan atau bully kepada korban yang menyebabkan korban bunuh diri.
"Dari pemeriksaan buku diary korban dan hasil visum, kami tidak menemukan tanda-tanda kekerasan atau tekanan psikologis yang signifikan terkait perundungan," kata Irwan dikutup dari laman VIVA, Rabu 21 Agustus 2024,
Irwan menjelaskan, buku diary yang berisi curahan hati dokter itu ialah terkait kesulitan dalam menjalani pendidikan anestesi, aparat kepolisian pun menyimpulkan tidak ada satupun yang mengarah kepada perundungan, akan tetapi mengeluh kepada Tuhan
Sedangkan dari hasil Visum yang dilakukan RSUP Kariadi, tim medis menemukan luka pada punggung tangan kiri korban yang diduga kuat sebagai bekas suntikan obat
Terdapat tiga titik luka bekas suntikan dan sisa obat yang berfungsi melemahkan otot yang kaku. Sehingga dari hasil pemeriksaan buku diary dan hasil visum korban, penyebab kematian dokter ARL itu lebih disebabkan oleh faktor kesehatan, bukan perundungan atau bully
Korban menderita sakit di punggung, kemungkinan syaraf kejepit. Beliau diduga melakukan suntikan mandiri untuk meredakan nyeri," tutup Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol Irwan Anwar.
Sebelumnya diberitakan, Kapolsek Gajahmungkur Kompol Agus Hartono mengatakan, korban ditemukan tak bernyawa di kamar kosnya pada Senin 12 Agustus 2024 sekira pukul 23.00 WIB
Polisi sempat memanggil dokter dan diketahui korban meninggal karena obat. Obat itu disebut disuntikkan sendiri oleh korban ke tubuhnya.
"Obat untuk pelemas otot, saya nggak bisa ngomong yang bisa ngomong dokter tapi obat itu seharusnya lewat infus," tutup Agus.