Penyair Luar Negeri dan Seniman Indonesa Lintas Disiplin Apresiasi Penyelenggaraan PPF 2023
- Padang Viva
Demikian pula Salman Aristo. Filmmaker itu merasa terhormat karena diundang untuk bicara mengenai sinema tapi dengan puisi sebagai titik berangkat pembicaraan.
“Ini pertamakali saya diundang untuk bicara di forum sastra. Biasanya saya diundang di forum-forum film. Jadinya menarik sekali. Ada festival puisi yang coba ‘move one’, tidak lagi bicara puisi sebatas sebagai kata-kata, tapi juga hubungannya dengan medium-medium seni lain.” katanya
Terutama, sambung Salman, Di tengah perubahan serba cepat saat ini, di mana bermunculan medium-medium baru yang bisa ‘dikawinkan’ dengan puisi.
Berbagai pertunjukan dihadirkan malam itu. Mulai dari pertunjukan Puisi Visual karya S Metron Masdison, Konser Musik Sastra oleh Ananda Sukarlan, hingga pertunjukan Sound Poetry oleh Sipaningkah dan ADGD.
Semua pertunjukan itu berangkat dari puisi. Puisi Visual dari S Metron, diangkatnya dari beberapa kumpulan puisi penyair Payakumbuh Iyut Fitra. Bersama para mahasiswa vokal klasik ISI Padangpanjang, Ananda Sukarlan memainkan musik yang diolahnya dari puisi-puisi penyair Sumbar, termasuk puisi Heru Joni Putra yang lahir dan mulai berkarya di Payakumbuh.
Begitu juga dengan Sipaningkah dan AGDG. Duo musikus eksperimentalis tersebut berkolaborasi menciptakan satu karya Sound Poetry berbekal puisi 3 penyair Sumbar, yaitu Fariq Alfaruqi, Esha Tegar Putra, dan Gus TF Sakai yang tumbuh dan berkarya di Payakumbuh.
Payakumbuh memang dikenal sebagai salah satu kota yang punyai peran tersendiri dalam medan sastra Indonesia, baik di masa lalu, maupun hari ini. Sebagaimana dikatakan Ketua DRPD Sumbar, Supardi, pada malam pembukaan PPF 2023, 4 Oktober lalu, sastra dan sejarah sastra di Payakumbuh merupakan aset berharga.