Pengamat Politik Ungkap Penyebab Kalahnya Paslon Petahana di Pilkada Pesisir Selatan

Debat Publik Putaran Kedua Pilkada Pessel
Sumber :
  • Padang Viva

Padang – Pengamat politik dari Universitas Andalas, Asrinaldi, mengungkap penyebab kalahnya Rusma Yul Anwar, calon Bupati petahana di Pilkada 2024 Kabupaten Pesisir Selatan.

Andre Rosiade Realisasikan Janji, Tol Padang-Sicincin Diuji Coba Siang Ini

Menurut Asrinaldi, kalahnya Rusma Yul Anwar tak lain lantaran faktor kinerjanya sebagai bupati. Ia menilai bahwa mayoritas warga Pessel tidak puas terhadap kinerja Rusma dan menganggap bahwa prestasinya biasa-biasa saja. 

"Masyarakat menilai dan membandingkan kinerja Rusma Yul Anwar sebagai bupati dengan kinerja Hendrajoni sebagai bupati sebelumnya," ujar Asrinaldi, Rabu 4 Desember 2024. 

Respon Cagub Sumbar Mahyeldi Soal Cawagubnya Tak Mencoblos

Kata Guru besar ilmu politik Universitas Andalas ini, prestasi yang biasa-biasa saja di mata masyarakat Pessel ialah prestasi pembangunan infrastruktur fisik. 

Ia melihat bahwa masyarakat merasakan kurangnya pembangunan infrastruktur ketika Rusma jadi bupati dibandingkan dengan pembangunan infrastruktur sewaktu Hendrajoni menjadi bupati.

Tak Punya KTP Sumbar, Cawagub Vasko dan Ekos Albar Tak Mencoblos

Menurut Asrinaldi, program pembangunan bagi masyarakat umum ialah pembangunan yang terlihat dan bermanfaat langsung bagi mereka. Ia mengatakan bahwa pembangunan yang mudah terlihat ialah pembangunan infrastruktur.

"Harapan masyarakat Pesisir Selatan kepada Rusma tidak terpenuhi ketika dia menjadi bupati. Akhirnya masyarakat kembali kepada Hendrajoni," ujarnya.

Faktor lain yang berkontribusi terhadap kekalahan Rusma, menurut Asrinaldi, ialah tidak harmonisnya hubungan Rusma dengan wakil bupati.

Asrinaldi berpandangan bahwa ketidakharmonisan tersebut menjadi penilaian masyarakat terhadap kepemimpinan Rusma, yang kemudian membuat masyarakat kecewa. 

Sebagai informasi, Rudi Hariyansyah mundur sebagai Wakil Bupati Pessel pada 2023 dengan alasan maju sebagai caleg DPR.

Asrinaldi menyimpulkan bahwa semua kekecewaan masyarakat Pessel terhadap Rusma bermuara pada keinginan akan pergantian bupati.

Menurutnya, hal itu merupakan karakter perilaku memilih kelompok etnis Minangkabau, yang ingin selalu berubah dan menaruh harapan kepada yang baru.

Mengenai kinerja Rusma menjadikan hampir 4.000 tenaga honorer sebagai pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK), Asrinaldi mengatakan bahwa masyarakat menilai PPPK sebagai program pemerintah pusat.

Ia menilai program PPPK tidak menarik minat masyarakat untuk dijual dalam kampanye. 

"Di Padang, calon Wali Kota Hendri Septa juga mengampanyekan pengangkatan tenaga honorer menjadi PPPK, tetapi juga tidak menarik bagi masyarakat. Akibatnya, Hendri Septa juga kalah," kata Asrinaldi.

Asrinaldi juga menyebut bahwa Nasta Oktavian sebagai calon wakil bupati pendamping Rusma tidak menarik minat masyarakat untuk memilih Rusma meski Nasta sebagai sebagai kader Gerindra, partai Presiden Prabowo, digadang-gadang membawa banyak pembangunan ke Pessel.  

Menurutnya, ketidaktertarikan masyarakat terhadap hal tersebut sebagai tanda bahwa masyarakat sudah mulai melek politik.

"Apa iya presidennya dari Gerindra akan memikirkan kadernya yang dari Gerindra saja? Presiden Prabowo adalah Presiden Republik Indonesia, yang tidak hanya memikirkan kepala daerah dari kader Gerindra. Jadi, isu ini sangat melekat dalam pikiran masyarakat. Buktinya, banyak kader Gerindra yang kalah dengan membawa nama Prabowo," ucapnya.

Sebagai informasi, di Sumatera Barat ada sejumlah kader yang Gerindra yang kalah dalam Pilkada 2024 berdasarkan hitung cepat, antara lain, Nasta (Pessel), Mara Ondak (Pasaman), Deni Asra (Limapuluh Kota), Hidayat (Padang), Erman Safar (Bukittinggi), Heri Miheldi (Pasaman Barat).