Tradisi Serak Gulo: Warisan Budaya yang Penuh Makna Asal Tanah Hindustan
- Diskominfo Padang
Padang – Di bawah langit senja kota Padang yang perlahan berubah jingga, hiruk-pikuk terdengar memadati kawasan Jalan Pasa Batipuh.
Ribuan orang berkumpul, membentuk lautan manusia di depan Masjid Muhammadan, menunggu satu momen sakral yakni Festival Serak Gulo.
Lima ton gula pasir yang diselimuti kain berwarna-warni, berkilauan di bawah cahaya, menjadi pusat perhatian. Gula itu, seperti pencerita diam, membawa kisah panjang yang merangkum sejarah, keberkahan, dan kebersamaan.
Tradisi ini bukan sekadar perayaan. Ia adalah penghormatan kepada Shaul Hamid, seorang ulama besar asal India yang jejak spiritualnya tetap hidup di hati para pengikutnya.
Setiap 1 Jumadil Akhir, tradisi ini dihidupkan kembali, seperti nyala lentera di malam gelap, menyatukan warga keturunan India dengan masyarakat Padang dalam harmoni yang tak ternilai.
Serak Gulo, bukan hanya tradisi biasa, melainkan cermin Kota Padang sebagai rumah bagi berbagai etnis yang hidup berdampingan.
Tradisi itu kini menjadi Warisan Budaya Tak Benda, bukti pengakuan atas nilai luhur yang dikandungnya. Tiga ton gula itu menjadi simbol kolaborasi yang memupuk rasa persaudaraan.