Angka Kemiskinan di Sumbar Bertengger di Posisi Enam Terendah

Ilustrasi
Sumber :
  • Pixabay

Padang – Angka kemiskinan di Sumatra Barat saat ini bertengger di posisi keenam terendah secara nasional atau terendah kedua di pulau Sumatera. Meski demikian, Pemerintah Provinsi Sumbar memastikan jika target pengentasan kemiskinan ekstrim hingga nol persen pada 2030 sesuai SDGs atau tahun 2024 sudah sesuai dengan rencana pembangunan jangka menengah nasional. 

Lestarikan Adat Untuk Jaga Generasi Muda

"Adalah tugas kita bersama pada hari ini untuk berkolaborasi dan berkomitmen bersama untuk dapat kita intervensi melalui program dan kegiatan dari seluruh sektor baik yang dilaksanakan oleh provinsi, kabupaten dan kota. Dengan komitmen bersama, Insya Allah kemiskinan dapat kita turunkan dan kita entaskan," kata Mahyeldi, Jumat 7 Oktober 2022.

Gubernur Sumatra Barat, Mahyeldi bilang kemiskinan merupakan fenomena yang kompleks dan bersifat multi dimensional serta tidak dapat secara mudah dilihat dari suatu angka absolut. Untuk itu, dibutuhkan komitmen dan sinergi serta optimalisasi berbagai program penanggulangan kemiskinan di Sumbar.

Kelola Dana Miliaran, Aparatur Nagari Harus Paham Aturan dan Tupoksi

Mengingat pengentasan kemiskinan ekstrim hingga nol persen sangat penting, Pemrov Sumbar kata Mahyeldi, mengajak semua untuk menghilankan pola pikir yang keliru yang mengangap kemiskinan tidak dapat dihapuskan dan menganggap bagian dari takdir. 

“Padahal, sebenarnya miskin itu adalah kondisi hidup yang bisa berubah jika manusianya berniat mengubahnya,”tutup Mahyeldi.

Solsel Raih Opini WTP Untuk Ke-8 Kali

Diketahui, merujuk data rilis Badan Pusat Statistik Sumatra Barat pada Maret 2022, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) mencapai 335,21 ribu orang (5,92 persen). Angka ini, berkurang 4,72 ribu orang jika dibandingkan dengan kondisi September 2021 yang berjumlah 339,93 ribu orang.  

Jika berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode September 2021 - Maret 2022, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 3,08 ribu orang (dari 134,53 ribu orang pada September 2021 menjadi 137,61 ribu orang pada Maret 2022).

Sementara di daerah perdesaan mengalami penurunan sebanyak 7,79 ribu orang (dari 205,39 ribu orang pada September 2021 menjadi 197,60 ribu orang pada Maret 2022). 

Dan, garis Kemiskinan pada periode September 2021–Maret 2022, naik sebesar 5,42 persen. Kenaikannya dari Rp579.545 perkapita per bulan pada September 2021, menjadi Rp610.941 perkapita per bulan pada Maret 2022. Tiga jenis komoditi makanan yang berpengaruh paling besar terhadap nilai Garis Kemiskinan pada Maret 2022 adalah beras, rokok kretek filter, cabe merah.