Sebuah Deksripsi Awal Lambang Raja Adityawarman (1347-1374 M)
- Kemendikbud
Dari sesosok tokoh kemudian gambar abstrak pada abad XV Masehi munculah beberapa gambar yang dipahatkan pada tanda khusus raja, seperti masa akhir kerajaan Majapahit yaitu pemerintahan raja-raja Girīndrawanśawardhana yang menggunakan tanda khusus Girīndrawardhanalānchana (Witasari, 2011:16).
Berdasarkan data yang ada, penggunaan tanda khusus banyak dipergunakan oleh para raja di kerajaan di pulau Jawa. Mungkin saja, maksud penggunaan pahatan gambar yang serupa pada beberapa prasasti yang dikeluarkan oleh raja Ādityawarman merupakan suatu penggunaan tanda khusus raja secara visual, karena keterangan hal tersebut tidak didapatkan dalam isi prasasti-prasastinya.
Penggunaan pahatan gambar yang ada pada masa pemerintahan Ādityawarman merupakan suatu konsep baru dimana pada raja Malayu sebelumnya tidak ditemukan prasasti berpahatkan gambar (Witasari, 2011: 125).
Sekitar abad XII Masehi, kerajaan Malayu sudah mengadakan kontak dengan Jawa. Dengan adanya kontak dengan kerajaan Jawa yang pada saat itu berbagai prasasti berpahatkan gambar sudah lazim digunakan, maka tidak menutup kemungkinan merupakan suatu inspirasi bagi raja Ādityawarman untuk digunakan dalam prasasti-prasastinya.
Kemungkinan besar adanya kesadaran raja Ādityawarman untuk menandakan prasastinya dengan suatu tanda khusus yang merepresentasikan dirinya sebagai cikal bakal tanda khusus raja yang divisualisasikan di pulau Sumatra abad XIII Masehi (Witasari, 2011: 125).
Tidak heran jika kita menganggap Adityawarman sebagai tokoh yang tidak kalah sohornya dengan Gajah Mada. Selain namanya tertuang dalam prasasti yang ditemukan di wilayah Tanah Datar, Pasaman, dan Solok, keberadaan Adityawarman sendiri juga terpahat pada arca Manjuśrī di Candi Jago yang berangka tahun 1341.
Di dalam prasasti inidisebutkan ia bersama-sama Gajah Mada telah menaklukan pulau Bali. Sebenarnya Ādityawarman adalah putra Majapahit keturunan Malayu dan sebelum menjadi raja di Malayu, ia pernah menjabat kedudukan wrddhamantri di Majapahit dengan gelarnya Aryadewarāja pu Āditya.
Kemudian ketika ia telah meluaskan daerah kekuasaannya hingga ke Saruaso, ia mengangkat dirinya dengan gelar Udayādityawarman atau Ādityawarmodaya Pratapaparakramarajendra Maulimali-warmadewa (Casparis, 1992: 248, Kusumadewi, 2012: 14).
Melihat beberapa bentuk ornamen atau tanda khusus yang ada di prasasti Adityawarman ada beberapa kemungkinan yang bisa dikemukakan. Kemungkinan pertama adalah tanda khusus yang berbentuk kepala kala, bonggol sulur, hewan seperti kadal tersebut berhubungan erat dengan bidang keagamaan, yang dalam hal ini terkait dengan aliran Buddha Tantrisme sekte Bhairawa yang dianut oleh Adityawarman.
Adityawarman dikenal sebagai penganut Tantrayana yang fanatik. Dalam prasasti Saruaso juga tertera tentang pentasbihan Adityawarman sebagai Wisesa Dharani (salah satu perwujudan Buddha (Istiawan, 2011: 27).
Kemungkinan kedua adalah lambang atau tanda khusus tersebut sebagai medialegitimasi. Salah satu cara memperoleh legitimasi adalah kharisma dari diri raja tersebut.