Rumah Gerbaca, Penjaga Keharmonisan Pelaihari 

Ilustrasi kawasan konservasi. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Sumber :
  • ANTARA FOTO

Konflik terus berjalan, dan selama itu juga anggota SKW I Pelaihari sembunyi-sembunyi, tanpa atribut orang kehutanan, melakukan kegiatan di dalam kawasan, meskipun sangat terbatas. Pengamanan kawasan terhadap illegal logging tidak bisa dilakukan, pengaturan dan penertiban terhadap penggembalaan sapi, perladangan dan warung warung pinggir pantai tidak bisa berjalan dengan semestinya, penarikan PNBP karcis masuk kawasan tidak bisa dilakukan. 

Dinkes Padang Panjang Berikan Suntikan Vaksin Meningitis Bagi Calon Jemaah Haji

Akibatnya negara tidak bisa mendapatkan penghasilan dari kawasan ini dan degradasi hutan pantai TWA Pelaihari tidak bisa lagi dibendung.

Rekonsiliasi

Tarif Layanan Totok Punggung di Puskesmas Kebun Sikolos Disesuaikan dengan Peraturan Daerah

Pihak KSDA berusaha keras untuk melepaskan pelan-pelan benang kusut ini. Tahun 2018 KSDA mulai intensif melakukan pendekatan kepada masyarakat Desa Batakan. Tokoh-tokoh kunci di desa tersebut turut ditemui dan dekati. 

"Kami juga mengidentifikasi kelompok-kelompok masyarakat yang bekerja di dalam kawasan. Pendekatan demi pendekatan kami lakukan. Pendampingan kami laksanakan. Dan akhirnya pada satu titik, kami akhirnya berangkulan," tulis di buku itu.

Pemkab Solok Selatan Kembali Salurkan Bantuan Beras  

Konflik itu selesai. Namun hubungan baik tetap harus dijaga. Perlu jurus khusus untuk menjaga komunikasi dan keharmonisan yang telah terbangun itu.

Tuna aksara adalah permasalahan tersendiri di masyarakat Desa Batakan. Dan KSDA peduli tentang hal itu. Akhirnya KSDA menggunakan kantor Resort TWA Pelaihari sebagai pusat pembelajaran membaca latin dan belajar Al Qur’an. Optimalisasi kantor resort menjadi rumah belajar bagi warga desa itu dinamai Rumah GERBACA (GERbang BAtakan membaCa & maju bersamA).

Halaman Selanjutnya
img_title