KKI Warsi Beberkan Penyebab Suhu Panas yang Terjadi di Indonesia

Ilustrasi kawasan konservasi. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Sumber :
  • ANTARA FOTO

Padang – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan Indonesia mengalami tren kenaikan suhu di wilayah Indonesia barat dan tengah. Tertinggi kenaikan suhu 0,95 derajat celcius per dekade.

Menperin Sebut Kemajuan Industri Kunci Menuju Lima Besar Kekuatan Ekonomi Dunia

Direktur Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi Rudi Syaf mengatakan adanya tren kenaikan suhu itu, sejalan dengan banyaknya pertanyaan sejumlah masyarakat, yang merasakan suhu panas di sejumlah wilayah sejak awal Mei 2022.  

“Ancaman perubahan iklim nyata, yang memicu bencana ekologi dan hidrologi dengan beragam turunannya, penyakit kekurangan pangan dan lainnya,” kata Rudi, dalam keterangan tertulisnya, Minggu 5 Juni 2022.

Pentingnya Pelibatan Generasi Muda dalam Industri Kelapa Sawit Berkelanjutan

Ancaman ini kata Rudi juga sudah dipublikasikan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bahwa 98% bencana alam di Indonesia dalam satu dekade terakhir terkait dengan aspek meteorologi seperti curah hujan, kelembaban udara, temperatur, dan angin yang disertai kilat dan petir.

Menengok akhir tahun lalu, Indonesia dihadapkan dengan cuaca hujan yang ekstrim dan peningkatan intensitas hujan.

DPRD Apresiasi Capaian Kinerja Pemkab Solsel 2023

Peningkatan curah hujan hingga mencapai 20-70% mengakibatkan banjir bandang di beberapa wilayah Indonesia diantaranya, Sumatra bagian selatan, Jawa, Bali, NTT, Kalimantan bagian selatan, dan Sulawesi bagian selatan.

"Tahun 2021 total bencana di Indonesia ada 5.402 kejadian, dan didominasi banjir dan cuaca ekstrem. Menyusul tahun 2020 tercatat 4.650 bencana didominasi banjir 1.518 kejadian dan puting beliung 1.386 kejadian. Hal ini tentunya mengkhawatirkan," tegasnya.

Sementara itu, menurut catatan akhir tahun KKI Warsi 2021, bencana ekologis beberapa kali terjadi di Jambi dan Sumatra Barat.

Tercatat 20 kali terjadi banjir di beberapa Kota Jambi, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Kerinci.

Bencana hidrologi yang terjadi di Provinsi Jambi mengakibatkan 2 orang meninggal dunia, 6.265 rumah terendam, 635 hektar lahan terendam.

Sedangkan di Sumbar, tercatat Terjadi bencana 11 kali banjir di Solok Selatan, Kota Solok, Padang Panjang, Pesisir Selatan, Kabupaten Solok, Sijunjung, Kota Padang, dan Siberut. Bencana longsor terjadi 8 kali sepanjang 2021, di antara Padang Pariaman, Dharmasraya, Bukittinggi, Agam, Payakumbuh, dan Solok.

Di Sumbar, dampak dari bencana yang ditimbulkan menyebabkan 9 orang meninggal dunia dan 3181 rumah terendam banjir.

“Kerentanan bencana ekologi berbarengan dengan perubahan tutupan hutan akibat aktivitas manusia. Perambahan hutan, penambangan ilegal dalam hutan, dan pencurian kayu turut menjadi penyebab dan pengundang bencana ekologi,” kata Rudi.  

Menurutnya melihat kondisi itu, kawasan hutan yang seharusnya dapat meminimalisir efek dari gas rumah kaca seperti tak berdaya untuk dapat mengurangi dampak yang terjadi, akibat kerusakannya yang belum terkendali.

Sejatinya keberadaan pohon yang ada di kawasan hutan sebenarnya diharapkan dapat mengikat karbon dioksida pembentuk  gas rumah kaca yang ada di udara, sehingga tidak lepas ke atmosfer yang akan membuat lapisan ozon menipis dan mengakibatkan pemanasan global dan berujung pada perubahan iklim.

"Hutan yang menjadi tumpuan penjaga iklim, namun mengalami degradasi dan deforestasi dari tahun ke tahun karena kebakaran hutan dan pembukaan lahan baik secara legal maupun ilegal," ujarnya.