BKSDA Aceh Selamatkan Harimau Sumatra Dari Lokasi Konflik

Harimau Sumatra. Foto/BKSDA Aceh
Sumber :

Padang – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh berhasil menyelamatkan satu individu harimau sumatra dari lokasi konflik di Kecamatan Tapaktuan. Sebelum masuk kandang jebak pada Senin kemarin, satwa dengan nama latinb Panthera Tigris Sumatrae ini, terlibat konflik dengan warga terutama di desa Batu Itam hingga ke Desa Lhok Bengkuang sejak Juni 2022.

Terlibat Konflik, Harimau Sumatera Dievakuasi BKSDA Sumbar

Melalui keterangan resminya, Selasa 26 Juli 2022 Kepala BKSDA Aceh, Agus Arianto menyebutkan bahwa konflik ini menimbulkan interaksi negatif, yakni  memangsa ternak kambing milik warga sebanyak sembilan ekor. Lokasi konflik pun, berpindah-pindah mulai dari Desa Batu Itam hingga ke Desa Lhok Bengkuang.

“Sebagai upaya penanganan konflik, kita bersama tim Balai Besar Taman Nasional (BBTN) Gunung Leuser, Muspika, WCS-IP, dan FKL melakukan berbagai upaya antara lain sosialisasi, patroli, pemasangan camera trap di lokasi konflik, upaya penghalauan termasuk dengan mendatangkan pawang, dan memasang kandang jebak,”kata Agus Arianto.

Terbesar Kedua Tahun Ini, Bunga Raflesia Arnoldi Kembali Mekar di Cagar Alam Palupuah

Upaya penanganan konflik kata Agus, membuahkan hasil. Pada Senin kemarin sekira pukul 07.30 WIB, saat dilakukan kegiatan rutin pengecekan box trap atau kandang jebak didapati satu individu harimau sumatra masuk ke dalam perangkap yang berada di Desa Lhok Bengkuang, Kecamatan Tapaktuan, Kabupaten Aceh Selatan. 

Harimau Sumatra tersebut selanjutnya kata Agus, akan diobservasi dan dilakukan pemeriksaan medis lengkap sebelum dilepasliarkan kembali ke habitatnya. Survey lokasi pelepasliaran juga akan dilakukan secara paralel bersama dengan tim dari BBTN Gunung Leuser.

Harimau Sumatera Ditemukan Mati Dengan Leher Terlilit Jerat Tunggal 

“BKSDA Aceh mengapresiasi atas dukungan semua pihak yang membantu proses evakuasi harimau sumatra tersebut. Kita juga imbau kepada seluruh lapisan masyarakat untuk tidak melakukan pemasangan jerat yang dapat berdampak terhadap keselamatan satwa liar yang juga dapat memicu terjadinya konflik antara manusia dan harimau," tutup Agus Arianto.