Kata BMKG Tentang Gempa Selat Sunda dan Mentawai Yang Tinggal Menunggu Waktu
- Pixabay
Padang – Pembahasan mengenai potensi gempa di zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut bahkan disebut hanya tinggal menunggu waktu, ramai di bahas beberapa hari belakangan.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam keterangan resminya menyebut bahwa, pembahasan serupa sebenarnya bukanlah hal baru, sudah lama, bahkan sudah ada sejak sebelum terjadi Gempa dan Tsunami Aceh 2004.
Munculnya kembali pembahasan potensi gempa di zona megathrust saat ini kata Daryono, bukanlah bentuk peringatan dini (warning) yang seolah-olah dalam waktu dekat akan segera terjadi gempa besar. Tidak demikian.
"Kita hanya mengingatkan kembali keberadaan zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut sebagai sebuah potensi yang diduga oleh para ahli sebagai zona kekosongan gempa besar (seismic gap) yang sudah berlangsung selama ratusan tahun. Seismic gap ini memang harus kita waspadai karena dapat melepaskan energi gempa signifikan yang dapat terjadi sewaktu-waktu,"ujar Daryono.
Menurut Daryono, munculnya kembali pembahasan potensi gempa di zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut, sebenarnya tidak ada kaitannya secara langsung dengan peristiwa gempa kuat M7,1 yang berpusat di Tunjaman Nankai dan mengguncang Prefektur Miyazaki Jepang.
Namun menariknya, gempa yang memicu tsunami kecil pada 8 Agustus 2024 beberapa hari lalu mampu menciptakan kekhawatiran bagi para ilmuwan, pejabat negara dan publik di Jepang akan potensi terjadinya gempa dahsyat di Megathrust Nankai.
"Peristiwa semacam ini menjadi merupakan momen yang tepat untuk mengingatkan kita di Indonesia akan potensi gempa di zona seismic gap Selat Sunda dan Mentawai-Siberut,"tegas Daryono.