Waspada, Nilai Variasi Kecepatan Seismik Gunung Marapi Cenderung Meningkat

Erupsi Gunung Marapi
Sumber :
  • Padang Viva / Andri Mardiansyah

Padang – Badan Geologi, Kementerian ESDM merilis perkembangan terbaru aktivitas Gunung Marapi, Sumatera Barat.

Pengedar Ganja di Pasaman Divonis Hukuman Mati

Berdasarkan laporan evaluasi, dalam dua pekan terakhir, gunung Marapi menunjukkan tren peningkatan aktivitas.

Kepala Badan Geologi, Kementerian ESDM, Muhammad Wafid menyebut nilai variasi kecepatan seismik gunung Marapi cenderung mengalami kenaikan yang diinterpretasikan penurunan tekanan (stress) pada tubuh gunungapi. 

1.089 Kepala Keluarga di Pesisir Selatan Terdampak Banjir

"Sementara nilai koherensi masih memperlihatkan terganggunya kondisi kestabilan medium bawah permukaan (di dekat permukaan) tubuh gunung Marapi,"kata Muhammad Wafid dikutip dari keterangan resminya, Rabu 8 Januari 2024.

Wafid menambahkan, lain hal dengan laju emisi (fluks) gas SO2 Marapi dari satelit Sentinel yang jarang terdeteksi.

Banjir Terjang Pesisir Selatan

Terakhir terukur 7 ton perhari pada 28 Desember 2024. Laju emisi gas ini tergolong sangat rendah yang mencerminkan aktivitas Marapi saat ini dominan berupa degassing (pelepasan gas).

"Berdasarkan evaluasi data-data pemantauan maka secara umum aktivitas Marapi bersifat fluktuatif dengan kecenderungan meningkat dalam waktu dua minggu terakhir,"ujar Wafid. 

Kata Wafid, meski potensi terjadinya letusan masih tetap ada, namun berdasarkan data pemantauan sampai saat ini kecil kemungkinan akan terjadi letusan besar seperti yang terjadi pada Desember 2023. 

Erupsi atau letusan menurut Wafid, masih dapat terjadi sewaktu-waktu sebagai bentuk pelepasan dari akumulasi tekanan (energi) dengan potensi bahaya dari lontaran material letusan diperkirakan berada di dalam wilayah radius 3 kilometer dari pusat aktivitas (Kawah Verbeek), terutama di sekitar area puncak Marapi.

Material erupsi yang jatuh dan terendapkan di bagian puncak dan lereng Marapi kata Wafid, selama ini masih tetap berpotensi menjadi lahar saat bercampur dengan air hujan. 

Lebih lanjut Wafid, aliran atau banjir lahar dapat terjadi pada lembah, bantara atau aliran sungai-sungai yang berhulu di bagian puncak Marapi, sehingga hal ini harus tetap diwaspadai.

Di area kawah atau puncak Marapi juga terdapat potensi bahaya dari gas-gas vulkanik beracun seperti gas CO2, CO, SO2, dan H2S.

"Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi secara menyeluruh hingga 1 Januari 2025, maka tingkat aktivitas Marapi masih tetap berada pada Level II atau waspada,"tutupnya.