Gubernur Sumbar Sebut Rumah Syuting Film Siti Nurbaya di Depok Bakal di Revitalisasi
- Padang Viva
Padang – Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, berencana merevitalisasi rumah Siti Nurbaya yang menjadi tempat syuting film legendaris asal Minangkabau. Rumah ini, terletak di Studio Alam LPP TVRI Depok, Jawa Barat.
Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi menyebut bahwa rencana revitalisasi ini bertujuan untuk menjaga kelestarian bangunan bersejarah dan sekaligus menyediakan ruang bagi masyarakat khususnya perantau Minang yang ada di Depok untuk berkegiatan.
"Nantinya, rumah Siti Nurbaya akan dibuka untuk umum dan diharapkan menjadi tempat berkumpul bagi masyarakat Minang yang berada di perantauan," kata Mahyeldi, Senin 22 Juli 2024.
Mahyeldi bilang, perantau Minang memberikan kontribusi besar bagi daerah, sehingga sudah sepantasnya Pemprov Sumbar memberikan perhatian lebih kepada mereka.
"Pemprov Sumbar akan mengawalinya dari Depok, dan kedepannya hal yang sama juga akan diupayakan di daerah lain," ujar Mahyeldi.
Diketahui, rumah Siti Nurbaya sudah berdiri di Studio Alam LPP TVRI Depok sejak era tahun 1990. Pemprov Sumbar memandang revitalisasi ini dirasa perlu dilakukan untuk menjaga kondisi bangunan dan membuatnya lebih menarik bagi pengunjung.
Film Siti Nurbaya merupakan sebuah film jadul yang diangkat dari novel yang ditulis oleh Marah Rusli. Novel ini diterbitkan oleh Balai Pustaka, penerbit nasional negeri Hindia Belanda, pada 1922.
Penulisnya dipengaruhi oleh pertentangan antara kebudayaan Minangkabau dan penjajah Belanda, yang sudah menguasai Indonesia sejak abad ke-17.
Pengaruh lain barangkali pengalaman buruk Rusli dengan keluarganya; setelah memilih perempuan Sunda untuk menjadi istrinya, keluarganya menyuruh Rusli kembali ke Padang dan menikah dengan perempuan Minang yang dipilihkan.
Dalam novel ini, menceritakan cinta remaja antara Samsul Bahri dan Siti Nurbaya, yang hendak menjalin cinta tetapi terpisah ketika Samsul terpaksa pergi ke Batavia untuk melanjutkan pendidikan.
Belum lama kemudian, Nurbaya menawarkan diri untuk menikah dengan Datuk Meringgih (yang kaya tetapi kasar) sebagai cara untuk ayahnya hidup bebas dari utang. Nurbaya kemudian dibunuh oleh Meringgih.
Pada akhir cerita Samsu, yang menjadi anggota tentara kolonial Belanda, membunuh Meringgih dalam suatu revolusi lalu meninggal akibat lukanya.