Belanda Menuduh China dalam Kasus Spionase Dunia Maya: Ketegangan Semakin Meningkat
- Science News
Padang – Pemerintah Belanda menuduh China telah mendukung aksi spionase dunia maya yang menyusup ke jaringan militer negaranya tahun lalu.
Menteri Pertahanan Belanda, Kajsa Ollongren, pada Selasa 6 Februari 2024, secara terbuka menyalahkan China atas aksi mata-mata yang menembus jaringan militer Belanda melalui perangkat lunak dari perusahaan Fortinet. Ini merupakan kali pertama Belanda secara resmi mengaitkan spionase dunia maya dengan China, sementara ketegangan keamanan nasional antara kedua negara semakin meningkat.
Ollongren menekankan pentingnya mengungkap kegiatan spionase semacam ini yang dilakukan oleh China, karena hal itu akan membantu meningkatkan ketahanan internasional terhadap jenis ancaman tersebut. Badan Intelijen dan Keamanan Umum (AIVD) serta Badan Intelijen Militer Belanda (MIVD) mengungkap bahwa peretas telah menanamkan malware di dalam jaringan militer yang digunakan oleh 50 orang untuk penelitian non-rahasia.
MIVD dan AIVD menegaskan bahwa insiden ini adalah bagian dari tren spionase politik China yang lebih luas terhadap Belanda dan sekutunya. Pada bulan April tahun sebelumnya, AIVD menyatakan bahwa China merupakan ancaman terbesar terhadap keamanan ekonomi Belanda dengan upaya spionase yang mengincar perusahaan teknologi tinggi seperti ASML dan teknologi luar angkasa.
Tindakan spionase ini telah menimbulkan kekhawatiran internasional, terutama setelah Pemerintah Amerika Serikat (AS) meluncurkan operasi untuk melawan serangan peretasan China yang meluas, dikenal sebagai "Volt Typhoon", yang menyasar ribuan perangkat terhubung ke internet.
Malware yang digunakan, dikenal sebagai Coathanger, memiliki kemampuan untuk menyembunyikan dirinya sendiri di dalam perangkat dan telah ditemukan dalam beberapa jaringan misi internasional Barat. Laporan menegaskan bahwa malware ini merupakan karya "aktor yang disponsori negara" dari China.
Tuduhan Belanda ini menambah kompleksitas dalam hubungan antara China dan negara-negara Barat, yang semakin tegang akibat berbagai isu termasuk spionase dan keamanan cyber.