Perempuan Dalam Perhutanan Sosial

Ilustrasi Perempuan. Sumebr Foto/kehati.or.id
Sumber :

Hal serupa juga dihadapi Ai Nurhayati, satu-satunya perempuan, anggota Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Persatuan Gunung Puntang Indonesia (PGPI) di Gunung Puntang, Bandung Barat, Jawa Barat. Dulu, keluarga dan kawan-kawan kerap khawatir melihat kiprahnya. “Mereka sangat rewel dan protektif,” tuturnya dalam Diskusi Serial Cangkir Kopi bertemakan agroforestri pada 19 April 2022.

Solsel Kampanyekan Stop Kekerasan Pada Anak

Ai juga menghadapi tantangan lahan yang tidak subur. Namun, dia membuktikan diri mampu. Dalam dua tahun, lahan kembali subur. Ai mengelola kopi agroforestri yang dipadukan dengan cabai. Keuntungan ekonomi sudah mulai diraih. Kekhawatiran berganti dengan kepercayaan.

Peran laki-laki bisa jadi memang masih dominan. Namun, berbagai temuan dan testimoni dari tingkat tapak menunjukkan peran perempuan itu ada dan nyata. Mereka berperan dalam tiga kelola perhutanan sosial.

Perempuan Minang, Kunci Utama Membangun Keluarga Islami

Ada juga peran perempuan yang hampir mustahil bisa digantikan. Misalnya dalam tradisi menganyam rotan perempuan Dayak di Kalimantan yang memasukkan simbol-simbol alam dalam motif anyaman. Ini dilakukan perempuan Desa Katimpun, Kapuas, Kalimantan Tengah. Mereka dari Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Dare Jawet, beranggotakan 43 orang. Dare Jawet tergabung dalam Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Katimpun.

Dare Jawet beranggotakan perempuan yang sudah menikah, sebagian janda tua. Menganyam uwei (rotan) sudah dilakukan turun temurun. Diajarkan para tambi buyut (nenek buyut) atau umai (ibu) kepada anak-anak perempuan. “Kalau mau menikah, seorang perempuan harus bisa menganyam uwei,” tutur sang Ketua, Rusida.

Pertamina Antisipasi Peningkatan Konsumsi Energi di Sumbar Selama Libur Natal dan Tahun Baru

Nama Dare Jawet memiliki makna. Dare artinya motif, jawet adalah anyaman. Hasil anyaman berupa tas berbagai bentuk dan ukuran. Selalu ada motif tradisional terpampang di setiap tas. Beberapa motif di antaranya matan andau (matahari), mata saluang (mata ikan saluang), mata bilis (mata ikan bilis), siku kalawet (kera endemik Kalimantan Tengah), mata punai (mata burung punai), tunjang palara (akar tunjang dari kayu palara) dan upak pusu’ (kulit bunga pinang). Seluruh motif tersebut menggambarkan kedekatan masyarakat dengan alam.

Peran penting perempuan lain yang sulit digantikan misalnya dalam pengelolaan tanaman obat. Kajian etnobotanik, yang menelaah pemanfaatan tumbuhan secara tradisional oleh masyarakat, memperlihatkan eratnya hubungan perempuan dengan tumbuhan obat di kawasan hutan. Tumbuhan ini disebut herbal, jamu atau empon-empon. Peran perempuan lainnya juga ditemui dalam pengelolaan pangan dan tanaman hias.

Halaman Selanjutnya
img_title