Perempuan Minang, Kunci Utama Membangun Keluarga Islami

Bundo Kanduang Sumatera Barat. Foto/Wahyu Saputra
Sumber :

Padang – Selaku masyarakat yang menganut paham matrilineal, padusi (perempuan) mendapat kedudukan yang tinggi dalam tataran masyarakat Minangkabau.

Autopsi Jasad Wanita di Tanjung Priok, Polisi Pastikan Meninggal Secara Alami

Perempuan Minangkabau ini dilambangkan limpapeh rumah nan gadang, sebagai bentuk kebesaran dan kemuliaan dalam menjaga marwah perempuan Minang. Baik dalam keluarga, maupun dalam kaumnya (suku).

Bagi perempuan dewasa, di Minangkabau seringkali disebut Bundo Kanduang. Gelar yang disematkan pada Bundo Kanduang bukan hanya sekadar hiasan fisik, namun lebih menekankan pada kepribadiannya sebagai perempuan Minang.

Peringatan HUT Dharma Wanita Persatuan ke-24 di Solok Selatan Berlangsung Meriah

"Jadi tak semua perempuan di Minang bisa disebut Bundo Kanduang," kata Ketua Bundo Kanduang Sumatera Barat (Sumbar), Puti Reno Raudha Thaib, pada makalah yang disadur Viva Padang, Senin (20/6).

Makalah bertajuk Penguatan Kedudukan dan Peran Bundo Kanduang Kaum dalam Peradaban Islam (ABS-SBK) itu, juga telah disampaikan Puti dalam kegiatan Unduang-Unduang ka Madinah, Payuang Panji ka Sarugo yang digelar Dinas Kebudayaan Sumbar pada 14-17 Juni 2022 lalu.

Istri Bupati Trenggalek Diusir Oknum DPRD saat Isi Materi di Magetan

Dikatakan perempuan yang akrab disapa Bundo ini, Bundo Kanduang harus memahami ketentuan adat yang berlaku, punya rasa malu dan sopan santun, tahu basa-basi, dan tahu cara perpakaian yang pantas.

Sekalipun demikian, Puti tak menampik, akhir-akhir ini banyak perempuan Minang yang mulai terpengaruh modernisasi. Padahal, tatanan hidup perempuan Minang harus berdasarkan Adat Basandi Syarak - Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK).

Halaman Selanjutnya
img_title