Perempuan Minang, Kunci Utama Membangun Keluarga Islami
"Perempuan Minang tidak cengeng, bahkan lebih mandiri. Dia tidak akan tercabut dari kaum atau sukunya walau telah bersuami dengan siapapun," tuturnya.
Puti mengungkapkan, karakteristik perempuan Minang berdasarkan ABS-SBK, yakni alua jo patuik (kepantadan dan kepatutan), ukua jo jangko (ukuran dan alokasi waktu), barih jo balabeh (hukum dan aturan), raso jo pareso (pemikiran dan perasaan), dan anggo tanggo (etika, moral, akhlak).
Dijelaskan, selaku limpapeh rumah nan gadang, perempuan di Minangkabau sebagai tiang utama dalam rumah tangga. Bila padusi menjalankan adatnya dengan baik, secara otomatis keluarga/kaum itu akan menjalankan ajaran Islam dengan baik pula.
"Sebab padusi, umbun puruak pagangan kunci, atau pemegang kunci dalam membangun keluarga yang Islami. Pusek jalo pumpunan ikan (jaringan perkauman), dan pengayom bagi keturunanya," tegas Puti.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar, Syaifullah menyebutkan kegiatan ini digelar dalam rangka memberikan pencerahan dan penguatan agar memaksimalkan peran Bundo Kanduang di tengah masyarakat Sumbar.
"Bundo Kanduang juga memiliki peran besar memberi saran dan pertimbangan bagi pemerintah daerah, terutama tentang adat dan budaya Minangkabau, untuk melestarikan Adat dan Sarak," jelas Syaifullah didampingi Fadhli Junaidi selalu Kabid Sejarah, Adat, dan Nilai-nilai Tradisi Disbud Sumbar.
Untuk diketahui, dalam kegiatan Unduang-Unduang ka Madinah, Payuang Panji ka Sarugo digelar Dinas Kebudayaan Sumbar ini, diikuti 60 Bundo Kanduang dari berbagai nagari (desa) di Kabupaten Limapuluh Kota, dan Kota Payakumbuh.