Perempuan Dalam Perhutanan Sosial

Ilustrasi Perempuan. Sumebr Foto/kehati.or.id
Sumber :

Untuk kelola usaha, masyarakat Damaran Baru mengembangkan kopi agroforestri, palawija, budi daya anggrek, pembuatan tahu, desa wisata dan sebagainya. Kegigihan mereka diakui, termasuk oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Dalam situs resmi kementerian ini dipaparkan bahwa masyarakat Damaran Baru merupakan masyarakat pekerja keras dan gigih. Ketika warga di daerah lain masih tidur, masyarakat Damaran Baru sudah bekerja mengolah tahu untuk dipasok ke pasar Bener Meriah dan Aceh Tengah.

Solok Selatan Semarakkan Hari Pendidikan Nasional dengan Upacara dan Penghargaan Tenaga Pendidik

Contoh kedua dari para perempuan Desa Pal 8, Rejang Lebong, Bengkulu, yang membentuk KPPL Maju Bersama dan beranggotakan 25 orang. Sejak 2019, KPPL menjalin kemitraan kehutanan dengan BBTNKS. Mereka menjaga kelestarian hutan serta menanam kecombrang dan pakis di bawah tegakan pohon, tanpa menebang. Mereka juga gigih mengajak penduduk untuk menanam dan menyerukan tolak pembalakan.

Setiap 1 Muharam, KPPL selalu membagikan bibit gratis untuk ditanami. Sedekah bibit ini merupakan rangkaian dari sedekah bumi. Untuk usaha, KPPL membudidayakan pakis dan kecombrang, yang diolah dan dijual ke pasar lokal. Kecombrang menjadi sirup, dodol, selai, wajik dan rempeyek. Pakis menjadi stik dan rempeyek.

Jalan Tol Padang-Pekanbaru Seksi Padang-Sicincin Ditargetkan Tuntas Juli 2024

Contoh ketiga dari KUPS Dare Jawet yaitu tradisi menyumbang pada kelestarian hutan dimana rotan membutuhkan pohon yang tinggi dan besar sebagai media tumbuh dan merambat. Dare Jawet juga kerap mengikutsertakan anggota ke pelatihan terkait. Mereka pun telah menjadi tempat belajar bagi perempuan desa sekitar. Tas anyaman Dare Jawet terjual hingga Bali, bahkan Jepang. Pandemi Covid-19 sempat menghambat pasar. Namun, pemulihan pasar sudah mulai dilakukan. Tidak ada kata menyerah dalam kamus Dare Jawet.

Beberapa contoh lain ditemukan di Jambi, Bangka Belitung, Jawa Barat dan Sulawesi Tengah. Sebagai penutup, bisa dikatakan, meski kerap tidak tergambar dalam data kuantitatif, tidak bisa dipungkiri bahwa perempuan selalu memiliki peran penting dalam pengelolaan perhutanan sosial. Para ibu bumi ini terus bergerak dengan caranya untuk memastikan pengelolaan hutan bisa terus berkelanjutan dan berkeadilan bagi semua.

Pengakuan Status Hutan Adat di Pasaman Barat Segera Diajukan