Pesona Kejayaan Jalur Rempah di Surabaya Pada Masa Lampau

Ilustrasi KRI Dewaruci. Foto/Padang-Viva
Sumber :

Padang – Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid menyebutkan bahwa, selain sebagai basis dari Kapal Republik Indonesia (KRI) Dewaruci, Surabaya juga merupakan titik lalu lintas perdagangan komoditas rempah di masa lampau.

Kemendikbudristek Dorong Jalur Rempah Menjadi Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO

Menurut Hilmar, sebagai bagian dari wilayah kerajaan Majapahit, Surabaya dahulu menjadi pelabuhan pendamping dan pendukung kegiatan ekonomi pelabuhan era klasik, yakni Tuban dan Gresik. 

Komoditas rempah yang berasal dari Maluku dan Banda diangkut dengan perahu kecil menuju Bubat melalui aliran Sungai Bengawan Solo dan Brantas. Pasar Bubat yang letaknya tidak jauh dari pusat kekuasaan Trowulan, Mojokerto, merupakan wilayah perniagaan utama Kerajaan Majapahit, di mana rempah menjadi salah satu primadona yang diperdagangkan.

Dua Kapal Insan Vokasi Resmi Melaut, Bukti Kebangkitan Kapal Tradisional

Serangkaian kegiatan napak tilas jejak Jalur Rempah dilakukan di Surabaya, yakni di kawasan Kota Tua dan Menara Syahbandar, serta jejak peninggalan Kerajaan Majapahit di Mojokerto sebagai salah satu kerajaan maritim terbesar di Nusantara. 

https://padang.viva.co.id/ragam-perkara/79-surabaya-jadi-titik-awal-muhibah-budaya-jalur-rempah-tahun-ini?terbaru=1

Budaya dan Kearifan Lokal Orang Bugis Dalam Naskah Kuno Lontaraq

“Meski kini sudah tidak menjadi pelabuhan utama, pelabuhan rakyat Kalimas yang dibangun pada abad ke-14 masih dinilai penting sebagai pelabuhan tradisional yang menampung perahu pengangkut dari dan menuju Jawa,”ujar Hilmar, rabu 1 Juni 2022. 

Dijelaskan Hilmar, menara Syahbandar saksi bahwa pelabuhan tidak hanya terkait bongkar muat kapal akan komoditas yang akan diperjualbelikan, tetapi juga berperan sebagai ruang pertemuan berbagai budaya yang dibawa oleh para pedagang. 

Halaman Selanjutnya
img_title