Hantu Itu Bernama Hidrometeorologi Basah

Dampak Banjir Bandang Di Jorong Galapung, Minggu 24 November 2019
Sumber :
  • Padang Viva/Andri Mardiansyah

Tak hanya di kawasan Kabupaten Agam, kata Sutan, di perbatasan Padang Pariaman dengan Agam, juga kerap terdengar suara mesin potong kayu. Menurutnya, jika betul-betul ingin merawat alam, pemerintah dan penegak hukum harus betul-betul serius menertibkan pelaku illegal loging tersebut. Sebab, muara dari petaka jarahan itu berimbas kepada nasib masyarakat di sekitar kawasan hutan.

Tiga Warga Padang Pariaman Tewas Akibat Bencana Banjir Dan Tanah Longsor

Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Agam mencatat, dalam rentang waktu 2015 hingga 2021, terjadi sebanyak 1.225 bencana alam di 16 Kecamatan. Rinciannya, tanah longsor 380 kasus, banjir 104, banjir bandang 26, Kebakaran lahan hutan 24, abrasi pantai 4, angin kencang 571, angin puting beliung 38 dan bencana lain sebanyak 78 kasus. Sedangkan data 2022, peristiwa gerakan tanah masih mendominasi dengan total 19 kasus dan banjir 7 kasus. 

Dampak Banjir Bandang Di Jorong Galapung, Minggu 24 November 2019

Photo :
  • Padang Viva/Andri Mardiansyah
10 Warga di Pessir Selatan Hilang Dihamtam Longsor

Pemetaan Lokasi Rawan Kebencanaan Sudah Dilakukan

Sekretaris BPBD Agam, Olka Wendri mengatakan pihaknya telah melakukan pemetaan lokasi-lokasi rawan kebencanaan. Hal itu dilakukan untuk mengatasi persoalan kebencanaan, terutama longsor dan banjir. Selain itu, mitigasi bencana kepada masyarakat, baik itu dilakukan secara langsung ataupun melalui informasi-informasi yang disampaikan kepada Wali nagari juga dimasifkan.

Banjir Terjang Kota Padang 

“Di Kabupaten Agam, Kecamatan Tanjung Raya, lebih dominan diterjang longsor. Kalau banjir yang lebih dominan terdampak di kecamatan Tanjung Mutiara dan Palembayan. Ini, tempat-tempat yang di perkirakan yang terdampak daripada longsor dan banjir. Anggota sudah siap termasuk juga dengan peralatannya penunjang. Jadi, jika terjadi longsor dan banjir kita siap bergerak sesuai dengan standar operasional prosedur yang ada,” kata Olka Wendri.

Terkait dengan mitigasi, menurut Olka Wendri yang sudah dilakukan pihaknya antara lain, memberikan informasi kepada masyarakat tentang potensi ancaman dan dampak dari bencana longsor. Salah satunya, dengan terus mengedukasi untuk tidak melakukan aktifitas penebangan pohon pada tempat-tempat tertentu serta untuk terus menjaga saluran air agar tidak tersumbat.

Sedangkan untuk upaya penghijauan kembali dengan melakukan penanaman bibit pohon pada area hutan yang ditebang sebagai bentuk mencegah terjadinya longsor dan banjir Olka Wendri mengakui hingga kini upaya itu belum terlaksana. 

“Kalau BPBD, belum melaksanakan penanaman. Cuma mengimbau sudah. Tapi artinya, secara implisit kita memang melarang masyarakat agar menebang pohon kayu. Menebang kayu dengan skala yang besar, mengakibatkan terjadinya longsor,” ujarnya.

Pengungkapan Kasus Ilegal Loging Di CA Maninjau

Photo :
  • BKSDA Resor Maninjau

Isu Pembalakan Liar Bukan Cerita Pepesan Kosong

Isu pembalakan liar di tengah hutan lindung Kabupaten Agam, bukan sekadar cerita pepesan kosong. Saat melakukan monitoring, Yayasan Sintas Indonesia menemukan sejumlah titik illegal logging tersebar di tengah rimba Cagar Alam Maninjau.

Menurut Koordinator Yayasan Sintas Indonesia Sumatra Barat, Tengku Lidra, sedikitnya ada enam titik illegal logging yang pernah ia temukan. Meski menemukan tunggul kayu tebangan hingga bekas arit, pihaknya belum merinci berapa luas yang telah dibabat. Sebab, kawasan tersebut merupakan peninggalan jalur lama.

"Ibaratnya hutan sekunder tua. Kami temukan juga bekas lubang atau parit masyarakat untuk berlindung dari penjajah dulu. Berarti, itu memang (jalur) lintasan masyarakat juga dulu," katanya.

Pengalaman Tengku Lidra mensurvei kawasan hutan itu, dia menemukan bagian puncak seperti hutan primer dan vegetasi hutan pegunungan. Di lokasi itu, sudah pohon yang kayu yang keras. Lantas, rumput-rumputnya tipe-tipe pegunungan. Sedangkan di bagian bawahnya kebanyakan hutan sekunder lantaran sudah dijamah tangan manusia, seperti adanya jalur logging.

Rafflesia Tuan Mudae Di Cagar Alam Maninjau

Photo :
  • padang Viva/Andri Mardiansyah

Meski menemukan jalur logging, Tengku Lidra menampik jika keanekaragaman hayati atau biodiversity di kawasan hutan tersebut telah terganggu hingga menyebabkan banjir dan longsor. Dia berdalih baru melihat hutan di dalam secara langsung, namun belum memastikan kondisi atau efek keluarnya. 

"Belum. Kalau ekologi, kan itu sudah pasti memicu apa yang memicu perubahan iklim," tuturnya.

Menurut Tengku Lidra, pembalakan liar muaranya pasti memicu longsor dan banjir bandang. Salah satunya pernah terjadi di Batu Kambing dan kini aktivitas penebangan liar di daerah tersebut sudah menghilang.

"Di sana, punya kekayaan biodiversity. Pernah banjir, tapi sepertinya bukan karena illegal logging," katanya.

Harimau Sumatra

Photo :
  • Padang Viva/Andri Mardiansyah

Cagar Alam Maninjau sendiri terdapat di dua kabupaten; Agam dan Padang Pariaman. Kawasan yang luasnya mencapai 21 ribu hektare itu berada di 11 kecamatan dengan 34 nagari.

Cagar alam ini diamanahkan untuk menjadi kawasan perlindungan habitat; tumbuhan dan satwa. Kemudian, danau Maninjau adalah danau vulkanik yang diharapkan juga menjadi selimut tebing-tebing yang membentuk danau tersebut. 

Sejumlah keanekaragaman hayati hidup di Cagar Alam Maninjau. Ada raflesia tuan mudae, raflesia arnoldi dan beberapa jenis pohon-pohon indukan seperti beringin, meranti dan medang-medang.

Satwa liar dilindungi juga hidup di sana. Mulai dari Harimau Sumatera, Beruang, Rusa, Kijang hingga Macan Dahan. Semuanya adalah ekosistem yang saling bergantung yang jika salah satunya rusak, maka akan mengganggu kondisi yang lainnya.

Halaman Selanjutnya
img_title