Di Kota Padang, Telur Penyu Dijual Bebas Lagi
- Padang Viva/Andri Mardiansyah
Padang – Perdagangan telur penyu menggeliat lagi di Kota Padang, Sumatera Barat. Fenomena ini, mengkhawatirkan para pemerhati lingkungan dan praktisi penyu.
Apalagi, mengingat status hewan laut bercangkang keras itu, merupakan satwa yang dilindungi dan populasinya kian terus menurun.
Jumat sore 2 Agustus 2024, telur-telur penyu itu, dengan mudah ditemukan di kawasan pantai Padang tepatnya di depan Masjid Al-Hakim. Dijual bebas saja secara terang-terangan.
Padahal, aktivitas perdagangan telur penyu ini jelas melanggar Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem hingga Undang-Undang Konservasi Sumberdaya Ikan.
Dosen Kelautan sekaligus Peneliti Konservasi Penyu Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Harfiandri Damanhuri menyebut bahwa perdagangan telur penyu ini merupakan fenomena yang terus berulang.
Dulu kata Harfiandri, kurang lebih ada 19 pedagang tetap telur penyu di pantai muara Padang yang terdata melalui kegiatan razia dan penertiban. Bahkan beberapa diantara pedagang itu, pernah sampai disidang di pengadilan Negeri Padang.
"Larangan perdagangan telur penyu ini, sudah jadi komitmen pemerintah Indonesia dan Sumbar. Kini marak lagi. Perlu kembali diberi nasehat, buat lagi perjanjian, tertibkan lagi. Biasa penertiban ini dilakukan oleh BKSDA Sumbar. Bagi yang sudah berulang di nasehati, diberi sanksi tegas. Dulu pernah ada kok yang sampai di bawa ke persidangan,"kata Harfiandri Damanhuri, Selasa 6 Agustus 2024
Harfiandri bilang, jika dilihat kondisi saat ini, diyakini ada pemasok tetap yang biasa mendistribusikan telur penyu ke pedagang. Tak adanya kontrol yang serius dari otoritas yang punya wewenang, pemasok dengan leluasa membawa telur-telur penyu itu ke pedagang kali lima.
"Kontrol serius yang belum maksimal berjalan. Kota Padang kemarin, sudah meluncurkan maskot Penyu dibarengi dengan merilis 355 ekor. Tentu kita tidak mau kegiatan peluncuran maskot penyu ini sebatas serimonial saja. Harus menjadi perhatian serius Pemko Padang (perdagangan telur penyu),"ujar Harfiandri.
Kata Harfiandri, dengan banyaknya jumlah pasokan telur penyu yang kemudian dijual bebas oleh pedagang, kemungkinan besar dikumpulkan oleh pemasok atau oknum nelayan tidak hanya dari pulau tapi juga dari sepanjang pantai kota Padang.
"Bisa saja dari nelayan yang ketemu penyu di pantai sepanjang kota Padang. Kalau pulau, yang sudah ada proteksi khusus dari kita antara lain Pulau Pandan, Palau Bando dan Pulai Air. Nah, kadang penyu juga naik di pantai tersembunyi. Ini kemungkinan yang dimanfaatkan oleh oknum nelayan,"kata Harfiandri lagi.
Menanggapi itu, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat, Lugi Hartanto bilang bahwa selama ini pihaknya sudah sering melakukan sosialisasi, memberikan edukasi hingga peringatan keras untuk tidak lagi melakukan aktivitas jual beli telur penyu.
"Penyuluhan dan sosialisasi merupakan tahap awal sampai nanti ada sanksi tegas. Jika masyarakat ada yang melihat atau mengetahui, silahkan lapor ke BKSDA Sumbar untuk segera kita tindak lanjuti. Kita akan pantau terus. Telur penyu tidak boleh di jual belikan,"ujar Lugi Hartanto
Lugi Hartanto menegaskan, disamping menertibkan pedagang, pihaknya juga saat ini sedang mendalami sindikat pemasok telur penyu ini. Termasuk juga lokasi dari mana telur penyu itu diambil.
"Diperlukan juga pengembangan dari mana telur penyu itu diambil, pemasoknya siapa. Sedang kami dalami,"tutup Lugi Hartanto.
Sebelumnya, Pemerintah Kota Padang secara resmi menetapkan Penyu sebagai maskot baru. Penetapan ini, ditandai dengan pelepasan 355 tukik alias anak penyu di Pantai Air Manis pada Senin sore kemarin.
Penjabat (Pj) Wali Kota Padang, Andree Algamar menyebut, dipilihnya penyu sebagai maskot, lantaran hewan laut itu merupakan simbol dari pelestarian lingkungan hidup.
Ada lima alasan kenapa kemudian Penyu dijadikan maskot kota Padang. Pertama, kepala penyu diibaratkan sebagai Gunung Padang. Simbol dari pemandangan alam yang menakjubkan dan berfungsi sebagai pandangan utama, memberikan visi ke depan bagi perkembangan kota.
Kedua, cangkang penyu yang keras dan kokoh, mencerminkan ketahanan dan kekuatan warisan budaya serta arsitektur tradisional Minangkabau yang khas. Lalu, sirip penyu menggambarkan akses transportasi dan jalan-jalan utama yang menghubungkan berbagai bagian kota.
Keempat, dalam cangkang penyu ada jantung yang berdetak. Hal ini mewakili pasar tradisional dan pusat kuliner yang terkenal dengan keragaman makanan khas Padang. Dan, penyu dikenal dengan daya tahan dan ketekunannya. Penyu harus kembali ke pantai yang sama untuk bertelur meski harus menempuh perjalanan panjang.