Taktik Tersembunyi: Kolonel Rustam dan Kejutan Perang yang Meruntuhkan Leopard 2 Ukraina
- ria.ru
Padang – Keberhasilan Rusia dalam menghancurkan lebih dari selusin Tank Tempur Utama Leopard 2 buatan Jerman yang digunakan oleh pasukan Ukraina dalam sebulan terakhir bukanlah semata-mata hasil dari teknologi canggih. Sebaliknya, kunci kemenangan ini adalah penerapan taktik lama yang sangat efektif.
Tak selamanya keunggulan teknologi tinggi senjata buatan Barat dapat mengalahkan taktik perang klasik yang dijalankan oleh pasukan Rusia. Hancurnya lebih dari selusin Tank Tempur Utama (MBT) Leopard 2 buatan Jerman, yang digunakan oleh pasukan Ukraina dalam sebulan terakhir, ternyata bukan semata-mata karena ketidak mampuan teknologi, melainkan juga hasil dari penerapan taktik kuno yang sangat efektif.
Pada Juli 2023, Menteri Pertahanan Rusia, Jenderal Sergey Shoigu, mengumumkan bahwa sebanyak 16 unit MBT Leopard 2, yang dikirim oleh Polandia dan Portugal ke Ukraina, telah berhasil dihancurkan oleh pasukan Rusia. Selain Leopard 2, kendaraan tempur lainnya, seperti Kendaraan Tempur Bradley (BFV) buatan Amerika Serikat (AS) dan AMX-100RC produksi Prancis, juga gagal melewati ladang ranjau yang dibangun oleh militer Rusia.
Di balik kegagalan pergerakan kendaraan tempur kiriman Barat ini, tersimpan sebuah strategi perang yang sangat efektif yang diungkapkan oleh Wakil Kepala Sekolah Tinggi Komando Teknik Militer Tyumen Rusia, Kolonel Rustam Saifullin. Saifullin mengungkapkan bahwa selain menanam ranjau, pasukan Rusia juga menggunakan alat penghalang teknis yang dibuat dengan metode kuno.
Saifullin mengklaim bahwa militer Rusia memiliki pengetahuan mendalam tentang standar anti-ranjau yang diterapkan oleh berbagai jenis kendaraan tempur Barat yang dikirim ke Ukraina. Namun, detail dari metode teknis Rusia tetap dijaga sebagai rahasia militer yang tidak akan diungkapkan sepenuhnya.
"Bagi Angkatan Bersenjata Ukraina yang dilengkapi dengan peralatan dari negara-negara NATO, salah satu masalah terbesarnya adalah kendala dalam menghadapi ladang ranjau. Mereka kesulitan mengatasi hal ini dan mengalami kerugian yang cukup besar," ungkap Saifullin.
Mengapa demikian? Karena pasukan Rusia memiliki pemahaman yang mendalam tentang standar peletakan ranjau, baik anti-tank maupun anti-personel, yang diterapkan oleh negara-negara NATO. Saifullin melanjutkan bahwa meskipun militer Rusia memiliki standar mereka sendiri, rincian teknisnya tidak akan diungkapkan sepenuhnya.