Mantan Ketua BEM UI Melki Sedek dan Pentolan Forum Anomali Sasaran Peretasan WhatsApp

Ketua BEM UI Melki Sedek Huang (dua kiri)
Sumber :
  • VIVA/Galih Purnama

Padang – Akun WhatsApp (WA) Melki Sedek Huang, mantan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) 2023, telah kembali diretas untuk kedua kalinya. Peretasan terbaru ini menjadi kejadian yang menimpanya dalam waktu singkat setelah insiden sebelumnya.

BPBD Padang: Hujan Lebat Berpotensi Picu Bencana, Ini Imbauannya

Melki menyatakan ketidakpahamannya mengapa akun WA-nya diretas kembali dalam waktu yang relatif cepat. Ia mengungkapkan kesadarannya akan peretasan yang kedua kalinya pada Jumat (2/2). "Hanya dalam waktu yang sangat singkat setelah WhatsApp anak-anak Forum Anomali (Gielbran UGM, Haikal Unpad, Afiq Paramadina) diretas secara bersamaan. WhatsApp Haikal dan Gielbran sudah pulih, tapi Afiq belum. Dan sekarang giliran saya yang diretas," kata Melki pada Sabtu (3/2/2024).

Sebelum Melki, akun WA dari tiga tokoh penting Forum Anomali juga mengalami peretasan serupa. Mereka adalah Gielban M. Noor, Ketua BEM UGM 2023, Mohamad Haikal Febriansyah, Ketua BEM Universitas Padjajaran (Unpad), dan Afiq Naufal, Sekjen Senat Mahasiswa (Sema) Universitas Paramadina. Akun WA ketiganya diretas bersamaan pada Kamis (1/2) dini hari.

Dikritik Guru Besar Kampus, Jokowi: Hak Demokrasi, Tapi Jangan Politisasi Kampus

"Aktivitas normal saya terganggu sejak Rabu malam ketika saya memberikan beberapa keterangan. Tepat pada pukul 12 dini hari (Kamis), akun WA kami bertiga (Afiq, Haikal, dan Gielbran) diretas secara bersamaan. Sampai saat ini, saya masih belum dapat mengakses WA saya," ungkap Afiq Naufal, Sekjen Senat Mahasiswa (Sema) Universitas Paramadina.

Afiq menyatakan ketidaktahuannya apakah peretasan ini terkait dengan diskusi Forum Anomali yang mereka selenggarakan. Meskipun demikian, ia mengungkapkan bahwa ada indikasi potensial terkait peristiwa tersebut.

Respons Bahlil Soal Petisi Civitas Akademika untuk Jokowi

Diskusi-diskusi Forum Anomali yang diadakan oleh mereka beberapa kali diikuti oleh aparat keamanan. Bahkan, ada diskusi yang dibatalkan di Sulawesi karena campur tangan pihak berwenang. "Kita tidak memiliki bukti konkret terkait keterlibatan politik dalam peretasan ini, tapi dengan kondisi-kondisi yang ada, indikasi tersebut bisa muncul. Saya juga terkejut dengan peretasan yang terjadi pada kami bertiga secara bersamaan. Hal ini mungkin menjadi bagian dari upaya untuk membungkam kami, meskipun sulit untuk membuktikannya secara langsung," tambahnya.