Pasca Kasus Asusila Dua Oknum Guru, MTI Canduang Pastikan Keamanan Santri
- Istimewa
Padang – Dua oknum guru di salah satu madrasah di Kabupaten Agam lakukan tindakan asusila yaitu pencabulan terhadap 40 orang santri.
Kedua oknum guru tersebut adalah RA (29 tahun) yang melakukan pencabulan terhadap 30 orang santri dan AA (23 tahun) melakukan pencabulan terhadap 10 orang santri di MTI Canduang.
Jumlah tersebut masih data sementara karena pihak kepolisian Polresta Bukittinggi masih terus melakukan penyelidikan dan penyidikan serta pengembangan terhadap santri lain yang menjadi korban aksi bejat dua oknum guru tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Humas Yayasan, Khairul Anwar mengungkapkan rasa prihatin atas dugaan kasus asusila yang melibatkan oknum pendidik di lingkungan madrasah.
"Kasus ini telah menimbulkan keprihatinan mendalam dan kami ingin memastikan bahwa masalah ini akan ditangani dengan serius dan transparan. Untuk untuk itu, kami menyampaikan permintaan maaf sedalam-dalamnya kepada semua pihak terutama kepada orang tua atau wali santri," katanya lewat siaran pers.
Selain itu, untuk komitmen terhadap keamanan dan kesejahteraan santri maka pihak madrasah menegaskan bahwa keamanan dan kesejahteraan santri merupakan prioritas utama.
"Kami berkomitmen untuk menyediakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung bagi seluruh santri maka kami mengambil langkah-langkah seperti pendampingan psikologis, pendampingan hukum, evaluasi kebijakan, dan penguatan pengawasan," katanya.
Ia menjelaskan bahwa untuk pendampingan psikologis yang dibutuhkan santri atau orang tua, pihak madrasah siap memberikan dukungan tim konselor profesional yaitu dampingan psikolog bersama Tim Ikatan Psikologi Klinis (IPK), Himpunan Psikologi (HIMPSI) Wilayah Sumbar dan Lembaga Paduli Anak Nagari (PADAN) Sumbar.
"Untuk pendampingan hukum, kami menyediakan Tim Penasehat Hukum bagi santri dan orang tua yang memerlukan bantuan. Tim hukum kami siap memberikan dukungan secara hukum yang berlaku untuk membantu mereka menghadapi situasi ini," ujar Khairul Anwar.
Selain itu, kejadian tersebut juga membuat madrasah berkomitmen untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan dan prosedur keamanan, termasuk pelatihan pencegahan kekerasan seksual bagi seluruh staf dan pendidik.
"Kami bertekad untuk menciptakan sistem yang lebih kuat untuk melindungi seluruh komunitas madrasah dan Kami akan memperkuat mekanisme pengawasan dan kontrol internal untuk memastikan bahwa kejadian serupa tidak terjadi di masa depan. Semua anggota staf akan mendapatkan pelatihan tambahan dalam aspek etika profesional dan penanganan kasus-kasus sensitif," katanya.