Bangkit Bersama TIKI, Rendang Tuna Tembus ke Pelosok Negeri
- Wahyu Saputra
Padang – Mentari baru jatuh di Kota Padang, Sumatera Barat, Selasa (9/8) di ujung senja waktu itu. Derup langkah pekerja mulai melambat menuju pulang, seakan tenaga terkuras habis kerja seharian.
Tapi tidak dengan pemilik Dapur Yonica, Rosmawarty (50), yang tetap sumringah dan semangat menjajakan dagangannya ke ratusan pasang mata pengunjung Indonesian City Expo (ICE) di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Lapangan Imam Bonjol, Kota Padang.
“Pak, Ibu, silakan dicoba Rendang Tuna, produk unggulan kami,” tutur Rosmawarty yang tak bosan-bosannya menyapa pengunjung dengan ramah malam itu.
Kendati tak lagi muda, perempuan asal Palembang, Sumatera Selatan ini tetap gigih menggeluti profesinya dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Padang, yang telah dibangunnya sejak tahun 2014 silam. Salah satunya, beragam produk olahan ikan tuna kualitas ekspor.
Produk olahannya kini telah menjangkau ke berbagai penjuru negeri. Bukan hanya Rendang Tuna, Ros begitu panggilannya, juga menyajikan Tuna Lado Mudo, Kerupuk Tuna, Keripik Tuna, dan Pempek Tuna. Tak tanggung-tanggung, saat ini dia bisa meraup omset hingga Rp30 juta/bulan dan mampu mempekerjakan dua orang karyawan tetap.
“Ada kirim ke Batam, Palembang, Bandung, Jakarta, Sulawesi, Kalimantan, dan daerah lainnya melalui jasa ekspedisi,” ujarnya.
Semakin banyak peminat dan pesanan, Ros tak serta-merta tenang. Awalnya dia sempat galau memilih jasa ekspedisi yang cepat, aman, dan dengan harga yang terjangkau. Beruntung, atas pengalaman yang sudah-sudah, dia memantapkan hati ke PT Citra Van Titipan Kilat (TIKI) yang sudah 52 tahun berkiprah untuk negeri.
Dalam menjangkau pelosok negeri, Ros memang harus menentukan jasa ekspedisi atau kurir yang tepat. Dia tak mau sembarangan, gegabah, atau salah pilih yang justru bisa menurunkan kepercayaan pelanggan dan berdampak buruk pada pendapatannya di kemudian hari.
Apalagi, bagi Ros, mengirim produk UMKM berupa makanan butuh cepat dan tepat waktu sampai ke tangan konsumen. Semakin banyak membutuhkan waktu, dikhawatirkan produknya rusak meskipun dia menjamin Rendang Tuna buatannya mampu bertahan hingga 6 bulan.
“Kalau produk makanan memang butuh waktu cepat, selain menjaga kualitas produk, kita juga menjaga kepercayaan pelanggan,” ungkap Ros, yang kini menjalani usaha Dapur Yonica di Perum Cendana Tahap 4 Blok D Nomor 1, Kelurahan Koto Baru Nan XX, Kecamatan Lubuk Begalung, Kota Padang.
TIKI ialah satu-satunya ekspedisi yang dipercaya Ros sejak 2018 lalu. Pasalnya, TIKI memiliki beragam layanan benar-benar secepat kilat. Mulai dari pengiriman hanya dalam hitungan hari, hingga ada layanan kiriman bisa sampai ke pelanggan hanya dalam hitungan jam pada hari yang sama (Instan Courier) dengan lebih hemat biaya.
Bukan itu saja, melalui ekspedisi TIKI, Ros bisa mengirim paket produknya suka-suka sesuai dengan kebutuhan. Apalagi, dia juga bisa mengirim paket besar di atas 10 kilogram melalui TIKI ke seluruh penjuru Nusantara, bahkan hingga ke luar negeri.
“Sejauh ini, sangat puas dengan layanan TIKI. Belum ada komplen dari pelanggan. Apalagi kita bisa memilih layanan sesuai kebutuhan dan daerah tujuan pengiriman,” sebutnya.
Ros juga merasakan berbagai kemudahan layanan TIKI hanya dalam genggaman melalui Aplikasi TIKI yang tersedia di Play Store. Mulai dari pengiriman paket, cek tarif, cek gerai TIKI terdekat, cek estimasi waktu, cek status kiriman, hingga adanya notifikasi SMS pemberitahuan saat barang dikirim dan setelah diterima pelanggan.
Selain itu, Ros juga mengungkapkan adanya layanan pengemasan dari TIKI agar barang kiriman lebih aman sampai di tangan pelanggan. Baginya, layanan TIKI makin prima dan maksimal sebab memberikan asuransi perlindungan bagi produknya yang dikirim ke seluruh penjuru negeri.
“Pokoknya banyak kemudahan yang saya rasakan dari TIKI. Apalagi kita bisa disebut sudah membernya TIKI, jadi dapat diskon dan bayarnya bisa per bulan atau bulan berikutnya,” tuturnya.
Kendati begitu, dia tak menampik pernah kirimannya terlambat sampai ke tangan konsumen. Namun dia memaklumi karena keterlambatan bukan disengaja pihak TIKI, namun karena adanya kendala di jalan, seperti macet, bencana alam, atau penghalang lainnya yang tak dapat dielakkan manusia.
Bangkit dari Bangkrut
Tak mudah bagi Ros begitu panggilannya, meniti hidup dalam dunia wirausaha hingga bertahan di posisi saat ini. Apalagi di Kota Padang yang notabene masyarakatnya pedagang. Terlebih lagi usaha suaminya, Karim (60) mengalami kebangkrutan pada 2015, sementara harus menghidupi 6 orang anak yang masih kecil, butuh Pendidikan, dan kehidupan yang layak.
Ros menetap di Kota Padang juga bukan kebetulan belaka. Anak pertama dari 7 bersaudara ini, awalnya merantau ke Ranah Minang pada tahun 1996 ketika suaminya dipercaya menjadi Area Manager Sumbar-Riau PT GE Lighting Indonesia. Kemudian memilih jalan sendiri, dan membuka usaha elektronik pada tahun 1998.
“Bapak (suami) mengundurkan diri, lalu buka usaha elektronik dan bahan bangunan. Akhirnya kami menetap di Lubuk Begalung, Kota Padang,” ujar anak pensiunan pegawai rendah Disperindag Palembang ini.
Seiring waktu, usaha yang digeluti berkembang pesat. Mampu membeli rumah, sejumlah mobil, dan memperkerjakan lima orang karyawan. Nahasnya, musibah memang tak mampu dielakkan. Pada tahun 2009, Sumbar dihoyak gempa dahsyat, dan dampak terparah di Kota Padang.
Lanjut Ros, akibat bencana gempa berkekuatan 7,6 skala richter itu, ekonomi di Sumbar lumpuh dan daya beli masyarakat turun drastis. Lambat laun, usaha elektronik yang digeluti suaminya juga merosot tajam hingga 2014, dan tak kunjung pulih seperti yang diharapkan semula.
“Kita sudah nampak usaha bapak (suami) tak bisa jalan. Akhirnya saya mulai jualan kue kering 2014 untuk membantu ekonomi keluarga. Mobil semua terjual, karyawan dirumahkan, dan pada 2015 usaha bapak (suami) habis, bangkrut,” jelasnya berkaca-kaca.
Suaminya, Karim terpaksa diajak adiknya merantau ke Bandung, Jawa Barat dan bekerja di perusahaan tekstil. Ros tak tinggal diam, dia dan 6 anaknya bertahan hidup dengan berjualan kue kering di Kota Padang, bermodalkan sisa-sisa faktur yang belum dilunaskan pelanggan alat elektronik sebelumnya.
“Tak lama setelah itu, Bapak (suami) kena strok, mungkin akibat masih terpukul usahanya bangkrut. Jadi ekonomi keluarga waktu itu benar-benar fase tersulit,” cerita perempuan 6 anak itu.
Sebut Ros, ketika Hari Raya Idul Fitri 2017 keluarganya tak mampu memasak rendang daging lantaran harga daging mahal. Demi menyuguhkan masakan rendang di Hari Lebaran, dia terpaksa membeli sejumlah ikan tuna untuk dijadikan rendang, dan ternyata sangat disukai tetangga saat bertamu ke rumah.
Berawal dari situ, Ros memberanikan diri menawarkan Rendang Tuna tersebut ke sejumlah teman, sanak keluarga, dan kenalannya di luar Kota Padang. Ternyata banyak peminat, dan bahkan makin banyak permintaan. Peluang ini pun tak disia-siakan Ros untuk lebih serius membuat Rendang Tuna.
“Pernah di rumah hanya punya uang Rp50 ribu. Saya sempat berdoa agar saya tetap optimis dan semangat. Makanya nama kelompok kita, Poklahsar Ayo Bangkit. Alhamdulillah, Allah beri kemudahan dan peluang di balik kesulitan,” tutur Ros haru.
Ujian tak sampai disitu, produk Rendang Tuna olahannya pernah ditawarkan ke Pusat Oleh-oleh Christine Hakim dan dianggurin sebulan lebih. Tiba-tiba doanya dijawab Tuhan, dan dihubungi pihak Christine Hakim dengan memesan Rendang Tuna sebanyak 30 bungkus untuk dipasarkan, dan laris dalam waktu yang cukup singkat.
Berkat kegigihan dan kepiawaiannya mengolah ikan, Ros akhirnya memproduksi beragam bentuk olahan lainnya. Bukan saja Rendang Tuna, tapi juga Tuna Lado Mudo, Kerupuk Tuna, hingga Keripik Tuna. Kepandaiannya mengolah produk berbahan ikan ini, juga tak terlepas hasil belajar dari orang tuanya saat remaja di Palembang.
"Kebetulan orang tua di Palembang waktu itu sering mengolah ikan menjadi makanan, seperti bermacam-macam variasi Pempek," ujarnya.
Kini, dalam sebulan pemilik Dapur Yonica ini membutuhkan minimal 100 kilogram daging ikan tuna segar kualitas ekspor yang dibeli dari PT Dempo. Setelah diolah menjadi rendang, lalu dipacking dengan apik dan menarik masing-masing seberat 250 gram. Produk olahannya ini dijual seharga Rp75 ribu per bungkus, dan bisa bertahan lama hingga 6 bulan.
Ros terus bersyukur, karena mampu berdiri setelah ekonomi keluarganya jatuh bertubi-tubi. Apalagi produk olahannya ini telah dinikmati oleh pecinta kuliner berbagai penjuru negeri. “Produk kita juga sudah pernah dibawa orang ke luar negeri, tapi kita ngirim langsung belum pernah,” tambahnya.
Alhasil, keenam anaknya bisa mengenyam pendidikan yang layak dan dua di antaranya sudah sukses meniti karir. "Anak pertama sudah berkeluarga dan kerja di perusahaan kosmetik Korea, anak nomor dua penyiar di TVRI Sumbar, anak ketiga mahasiswa DKV di UNP, anak keempat mahasiswa Sastra Inggris di Unand, anak kelima kelas 3 SMA, dan keenam kelas 3 SMP," rincinya.
Sangat beruntung, berkat kegigihannya, Ros juga mendapat bantuan rumah produksi senilai Rp175 juta dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dapur Yonica dengan produk unggulan Rendang Tuna ini juga mendapat binaan langsung dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sumatera Barat.
"Sangat enak Rendang Tuna ternyata. Kaya rempah, bumbu-bumbu rendang Padang-nya sangat terasa," ucap Fani (26), Staf Dinas Koperasi Pemkot Semarang yang membeli dua bungkus langsung Rendang Tuna Dapur Yonica dalam Indonesian City Expo (ICE) di Kota Padang waktu itu.
Inovasi dan kreatifitas Dapur Yonica mengolah ikan tuna menjadi beragam produk UMKM sangat diapresiasi Desniarti, Kadis Kelautan dan Perikanan Sumbar. Apalagi, Dapur Yunica mampu meracik ikan tuna menjadi beragam produk UMKM bernilai jual dan bisa dikonsumsi masyarakat luas.
"Kita sangat apresiasi. Bukan hanya dijadikan rendang, tapi juga keripik, pempek dan lainnya. Tentu ini bernilai ekonomis dan bisa meningkatkan pendapat masyarakat, sekaligus juga meningkatkan konsumsi ikan di tengah masyarakat kita," tanggapnya.
TIKI Genjot Kebangkitan UMKM
Pemerintah Pusat hingga daerah terus berkolaborasi berupaya memulihkan ekonomi di Tanah Air. Terlebih lagi, kondisi ekonomi sempat anjlok akibat dilanda pandemi COVID-19 selama dua tahun lebih sejak Maret 2020 silam.
Upaya itu juga sejalan dengan Forum Presidensi G20 yang kolaborasi memulihkan ekonomi dunia. Bahkan di Indonesia akan melibatkan UMKM dan menyerap tenaga kerja sekitar 33.000. Pemulihan ekonomi ini juga tercermin langsung dalam HUT ke-77 RI dengan tagline, "Tumbuh Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat".
"Mari bersatu padu mendukung agenda besar pencapaian Indonesia Maju, dengan komitmen dan kerja keras, dengan inovasi dan kreativitas. Indonesia pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat. Dirgahayu Republik Indonesia!" tulis Presiden Jokowi di akun twitter pribadinya, Rabu (17/8).
Mendukung hal itu, khususnya di Sumatera Barat, pemerintah setempat terus berupaya meremajakan atau menggairahkan kembali UMKM yang ada. Kendati tak dipungkiri, beberapa UMKM terpaksa gulung tikar atau tak bisa beroperasi kembali usai diterjang pandemi COVID-19 meski kini kasusnya telah melandai.
“Untuk bisa bertahan di zaman digital saat ini, pelaku usaha atau UMKM harus melek teknologi. Mau tak mau. Misalnya dengan menggunakan beragam platform media sosial untuk menjangkau pembeli,” kata Wagub Sumbar, Audy Joinaldy, Sabtu, (20/8).
Sejalan dengan itu, PT Citra Van Titipan Kilat (TIKI) juga tak tinggal diam membantu pertumbuhan UMKM di negeri ini. Salah satunya, dengan kiprah memberikan layanan prima dan kemudahan bagi pelaku usaha dan UMKM melalui jasa ekspedisi atau kurir ke seluruh penjuru dunia.
TIKI menyadari, ada ribuan UMKM di Sumbar. Kurir merupakan salah satu penopang pertumbuhan UMKM tersebut. Sebaliknya tak bisa dipungkiri, keberadaan UMKM juga ikut membantu TIKI terus bertahan 'hidup' dan berkembang melayani 90 persen dari total 514 wilayah kabupaten dan kota se-Indonesia.
Tak main-main, produk dan layanan kemudahan yang ditawarkan TIKI yang berdiri sejak 1 September 1970 ini, yakni memberikan beragam pilihan kepada masyarakat pengguna jasa ekspedisi sesuai kebutuhan. Misalnya, Same Day Service (SDS) yakni pengiriman paket tiba pada hari yang sama.
Lalu, TIKI yang meliputi layanan 66 kota besar, yang didukung 500 kantor perwakilan, dengan lebih 3.700 gerai dan memiliki 6000 lebih karyawan se-Indonesia ini juga menyediakan Over Night Service (ONS), yakni kiriman hanya membutuhkan waktu 1 (satu) hari ke tempat tujuan pengiriman.
“Namun tetap harus dipastikan daerah tujuan pengiriman. Pelanggan biasanya sudah tahu batas waktu paket harus sudah diterima pihak TIKI,” kata Dedi Fahrizal, Sales Marketing TIKI Padang saat ditemui di ruangannya Kantor TIKI Cabang Padang, Jalan Nipah No-48, Padang Barat, Jumat (19/8).
Kemudian sebut Dedi, TIKI juga menawarkan layanan Two Days Service (TDS) untuk dua hari waktu pengiriman, Reguler Service (REG) untuk 2-4 hari waktu pengiriman, dan Economy Service (ECO) sebagai layanan pengiriman paket super hemat sesuai kebutuhan yang tak bikin kantong kering.
Menurutnya, kecepatan, ketepatan, dan kemudahan itu pula yang membuat pelaku UMKM banyak beralih ke layanan TIKI. Apalagi, produk UMKM seperti makanan olahan tak bisa bertahan lama dan dikejar waktu sampai ke tangan konsumen. "Kalau pengiriman lama, pelaku UMKM bakal merugi, dan juga bisa berimbas negatif ke kita jadinya," tuturnya.
Selain itu, lanjut Dedi, layanan yang ditawarkan TIKI semuanya sudah terkoneksi dalam satu sistem berbasis digital, yakni Aplikasi TIKI. Dengan aplikasi ini, pelanggan atau member TIKI sudah bisa menikmati beragam kemudahan tanpa harus keluar rumah, dan cukup hanya melalui telepon genggam.
“Aplikasi TIKI bisa di-download gratis di Play Store. Melalui aplikasi itu, kita sudah bisa mengirim paket dari rumah,” terang Dedi didampingi Erwan, Human Resources Development (HRD) TIKI Cabang Padang.
Dia mengungkap, TIKI telah menyediakan sistem digitalisasi yang bisa dimanfaatkan semua pelanggan (member). Mulai dari mengatur pengiriman, cek tarif, cek lokasi gerai TIKI, pengecekan status kiriman secara real time, TIKI Online Booking, layanan Cash On Delivery (COD), hingga layanan jemput online (Jempol).
"Pokoknya pelanggan TIKI bisa memantau penuh status kiriman dan pesanannya dari rumah, tanpa bisa dibohongi atau tipu-tipu. Semuanya real time dan terkoneksi ke seluruh Indonesia," ujarnya.
Kendati jasa ekspedisi akhir-akhir ini mulai menjamur di Tanah Air, namun TIKI tetap bisa bertahan dengan menawarkan pelayanan prima dengan segala kemudahannya. Apalagi, TIKI bertanggungjawab penuh barang kiriman pelanggan sampai ke tangan penerima dengan bukti otentik tanda tangan digital dan foto bukti yang terkoneksi di aplikasi TIKI.
"Kompetitor itu motivasi bagi kita untuk berinovasi memberi layanan prima. Makanya Dapur Yonica bisa bertahan dengan layanan dari TIKI. Bayarnya bisa per bulan, mendapatkan free, serta juga potongan tarif khusus dari TIKI," ungkapnya.
Terakhir, Dedi juga membeberkan, bahwa hingga saat ini terdapat 27 agen TIKI di kabupaten dan kota se-Sumbar. Keberadaan agen TIKI ini untuk menjangkau dan memudahkan masyarakat di daerah menggunakan layanan TIKI. Jika terdapat kendala, masyarakat bisa menghubungi Costumer Service (CS) TIKI Padang.
"CS kita sangat gampang dihubungi. Terutama di saat jam kerja. Kalau malam, tetap direspon namun untuk eksekusi dilakukan esok harinya," tukas Dedi.
TIKI Tak Henti Berinovasi
Selaku pionir di industri jasa kurir dan logistik, TIKI terus melakukan beragam inovasi. Terlebih TIKI telah lama bermitra dengan pelaku bisnis dengan beragam situasi ekonomi. Saat pandemi COVID-19 misalnya, TIKI mampu mencatat lonjakan volume pengiriman barang produk UMKM yang lebih besar dibanding sebelum pandemi.
Dalam mengantisipasi lonjakan itu, TIKI terus berbenah. Mulai dari ketahanan operasional dengan memanfaatkan teknologi, beradaptasi dengan cepat sesuai kebutuhan konsumen, serta produk dan layanan yang ditawarkan berorientasi pada solusi bagi pelanggan, lalu lebih agresif melakukan promosi.
"Kita tawarkan kecepatan, keamanan, dan kemudahan transaksi. Mulai dari proses booking, penjemputan barang, pilihan pembayaran, dan inovasi layanan berbasis teknologi," terang Direktur Utama TIKI, Yulina Hastuti, Kamis (2/12) akhir tahun lalu.
Dikutip dari tiki.id, TIKI terus melakukan ekspansi dan menambah gerai secara nasional. Pertengahan 2020, TIKI kembali berinovasi dengan meluncurkan TIKI PUTAR (Jemput Antar), yakni memberikan pengantaran barang hingga 3 jam di hari yang sama. Layanan ini bahkan lebih cepat dibanding produk Same Day Service (SDS) sebelumnya.
Layanan TIKI PUTAR ini, kurir TIKI akan menjemput barang yang ditentukan pelanggan dan akan langsung mengantarnya ke titik tujuan. Tarifnya juga sangat kompetitif dan flat berdasarkan berat barang, yakni Rp15.000 per 2 kilogramnya. TIKI PUTAR saat ini cakupannya wilayah DKI Jakarta, Bandung, Mataram, dan Cirebon.
Lalu, dimasa pandemi COVID-19, TIKI menawarkan TIKI SERLOK (Seller Online Booking). Layanan ini memberikan kemudahan dalam bertransaksi dengan diskon hingga 18 persen biaya pengiriman. TIKI SERLOK hadir terutama untuk menjangkau pengusaha secara online, namun tak terdaftar di market place besar.
Terakhir masih pada tahun yang sama, TIKI menggagas produk baru yakni TIKI SDS KITA (Same Day Service Kuliner Nusantara). Produk dan layanan ini hadir untuk memudahkan pecinta makanan untuk menikmati beragam kuliner nusantara, dengan lebih hemat biaya dan kuliner tiba di hari yang sama.
Namun untuk saat ini, TIKI SDS KITA yang fokus pada pengiriman kuliner ini masih didominasi untuk tujuan daerah Jabodetabek. Adapun cakupan wilayah pengirimnya yakni, Bandung, Denpasar, Palembang, Makassar, Surabaya, Pontianak, dan sejumlah kota lainnya di Indonesia. Tarifnya kompetitif, mulai dari Rp25.000 per kilogramnya.
Tantangan perusahaan jasa kurir dan logistik saat ini bagi Yuliana, yakni pelanggan makin teredukasi, cerdas, dan makin terbiasa menggunakan layanan digital dalam transaksi pengiriman. Menjawab hal itu, TIKI akan terus berinovasi lebih cepat dalam upaya menjadi penopang utama roda bisnis UMKM di Tanah Air.
"Apalagi saat ini, TIKI satu-satunya perusahaan jasa kurir yang menangani pengiriman ikan sesuai standar dan kompetensi yang ditentukan BKIPM di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan," sebut Yulina, Jumat (27/5) dalam rilisnya.
Eksistensi TIKI ini tak terlepas dari dukungan dan kepercayaan masyarakat selama 52 tahun ini. TIKI berkomitmen menjalankan tanggungjawab di berbagai bidang sosial dan pendidikan. TIKI juga turut mengembangkan kapabilitas pelaku bisnis utama UMKM dengan pengalaman terkait pengelolaan sistem distribusi, serta berkolaborasi dengan pelaku UMKM yang ada di Tanah Air. *