Gubernur Sumbar: Pemerintah Tak Sanggup Lawan Lajunya Timbunan Sampah

Ilustrasi Sampah. Foto/istockphoto
Sumber :

Padang – Gubernur Sumatra Barat, Mahyeldi menyebutkan jika Pemerintah dengan segala keterbatasannya tak akan sanggup melawan lajunya timbunan sampah, akibat pertumbuhan manusia dengan segala aktivitasnya, baik dari volumenya maupun jenisnya.

Hendri Septa Ajak Generasi Muda Cintai Sejarah

Gubernur Mahyeldi bilang, salah satu solusi untuk mengatasi persoalan timbunan sampah ini dengan cara mengurangi sampah dari sumbernya. Termasuk juga, dengan cara pengolahan sampah organik melalui budidaya maggot dan pemusnahan sampah non organik.

Daerah aliran sungai (DAS) Batang Arau salah satu contohnya. Menurut Mahyeldi, Batang Arau memang harus dibersihkan dari timbunan sampah yang disebabkan oleh pertumbuhan manusia dengan segala aktifitasnya. 

Festival Muaro Semakin Dekat: Persiapan 90 Persen, Siap Hibur Warga dan Wisatawan

“Batang Arau memang harus dibersihkan. Perlu kerja keras dan kolaborasi semua pihak. Pemerintah dengan segala keterbatasannya, tak akan sanggup melawan lajunya timbunan sampah, akibat pertumbuhan manusia dengan segala aktivitasnya, baik dari volumenya maupun jenisnya,”kata Mahyeldi melalui keterangan tertulisnya, Jumat 14 Oktober 2022.

Mahyeldi melanjutkan, untuk menjadikan daerah aliran sungai (DAS) Batang Arau bersih dan menjadi tempat wisata yang menarik, tidak bisa dengan mengandalkan pemerintah saja. Dibutuhkan kesadaran dari seluruh lapisan masyarakat untuk berperan nyata dalam memulihkan DAS Batang Arau, terutama dari sampah akibat pertumbuhan manusia dengan segala aktifitasnya.

Festival Muaro Padang Bakal Meriahkan Liburan Lebaran Tahun Ini 

Ia pun mengapresiasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) sebagai organisasi yang fokus dan aktif pada isu lingkungan hidup dan mendorong pengelolaan sampah di Kota Padang.

"Saya mengapresiasi WALHI Sumbar memilih DAS Batang Arau sebagai objek perhatiannya, dan bahkan WALHI Sumbar juga telah menginisiasi terbentuknya Koalisi Masyarakat Peduli Batang Arau. Kita memang harus bersama-sama mencari solusi. Kita juga harus belajar pada daerah dan negara yang sudah berhasil, seperti Singapura misalnya," ujar Mahyeldi.

Terpisah, Direktur Eksekutif WALHI Sumbar Wengki Purwanto, menyebut FGD yang digelar kamis kemarin, merupakan upaya mengintegrasikan peran pemerintah dan masyarakat. Harapannya, Batang Arau bisa dipulihkan. 

"Ini memang tak bisa dikerjakan sendiri, harus dikeroyok," ujar Wengki.

Diketahui, sungai Batang Arau dengan luas DAS mencapai 172 km², hulu sungai berada pada puncak bukit Punggung Lading Kecamatan Lubuk Kilangan dan Gunung Gadut Kecamatan Pauh Kota Padang, dan pada daerah hilir terdapat Pelabuhan Muara.

Sebagai sungai terbesar di Kota Padang, Batang Arau yang mempunyai panjang sungai kurang lebih 29,72 kilometer itu, merupakan kawasan wisata dengan daya tarik yang rendah, karena kualitas airnya yang tercemar akibat belum optimalnya pengelolaan limbah rumah tangga maupun sampah dari kegiatan sepanjang DAS Batang Arau, seperti kegiatan industri, rumah sakit, bengkel, dan limbah pasar.