Putri Singgulung, Harimau Betina Dari Tanah Solok Kembali Ke Habitat

Proses Release Putri Singgulung
Sumber :
  • Photo by Tito/Yayasan ARSARI

Padang – Putri Singgulung, si Harimau Sumatra berjenis kelamin betina dari tanah Solok, akhirnya dilepasliarkan kembali ke habitat aslinya. Putri Singgulung, merupakan Harimau Sumatra yang berhasil diselamatkan dari area interaksi negatif untuk kedua kalinya di Jorong Rawang Gadang, Nagari Simpang Nan Ampek, Kecamatan Danau Kembar setelah sebelumnya juga diselematkan dan dievakuasi dari Nagari Gantung Ciri, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok, Sumatera Barat pada Desember 2020.

KLHK Perkuat Kapasitas SDM dalam Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon

Putri Singgulung, dilepasliarkan di salah satu kawasan konservasi di Sumatera Barat pada 16 Oktober 2022. Selain Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat dan Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Sumber Daya Genetik (KKHSDG), proses lepasliar Putri juga melibatkan 

Yayasan ARSARI Djojohadikusumo (YAD), Kementerian Pertahanan RI melalui Komando Operasi Udara I Pangkalan TNI AU Roesmin Nurjadin, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Yayasan Sintas Indonesia, dan Departemen Biologi FMIPA Universitas Andalas. Dari Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PR-HSD), Putri diangkut menggunakan Helikopter milik TNI AU.

KLHK Ajak Masyarakat Lestarikan Keanekaragaman Hayati 

 

Proses Release Putri Singgulung

Photo :
  • Sumber : Photo by Tito/Yayasan ARSARI
Kebakaran TPA Rawa Kucing Belum Padam, Manggala Agni Dikerahkan

 

“Kami mengucapkan terima kasih kepada Yayasan ARSARI yang dipimpin oleh Hashim Djojohadikusumo, dan berbagai pihak termasuk Kementerian Pertahanan RI, atas kerjasama yang baik dalam pelepasliaran Putri Singgulung,”kata Plt. Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK, Bambang Hendroyono melalui keterangan resminya, Rabu 2 November 2022.

Bambang bilang, pihaknya berharap catatan dari proses rehabilitasi dan pelepasliaran Putri Singgulung yang berbeda dari yang lain, akan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di Indonesia, khususnya bidang rehabilitasi Harimau Sumatera. Pemerintah bersama para pihak, terus berupaya mencegah dan menanggulangi konflik yang terjadi antara manusia dan satwa liar. 

“Ketika konflik terjadi, sering satwa liar menjadi korban sehingga diperlukan kesadaran masyarakat yang berada di sekitar habitat harimau bahwa apabila daerahnya merupakan area rawan konflik, maka segera laporkan ke BKSDA setempat agar mendapatkan arahan terkait upaya mitigasi dan penanganan konflik satwa liar,”ujar Bambang. 

Bambang melanjutkan, pasca dilepasliarkan kembali Putri Singgulung ke Habitatnya, tim dari Balai KSDA Sumatera Barat hingga kini masih terus melakukan patroli di nagari (desa) yang telah diidentifikasi sebagai daerah zona merah pasca pelepasliaran ini. Hingga pada akhirnya, Putri Singgulung dinyatakan telah beradaptasi kembali di habitatnya. 

Terpisah, Kepala BKSDA Sumatra Barat Ardi Andono menyebutkan, kegiatan pelepasliaran satwa dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada dengan menerapkan prinsip kehati-hatian agar tidak menimbulkan dampak negatif baik pada satwa, habitat serta masyarakat sekitar. 

 

Proses Release Putri Singgulung

Photo :
  • Sumber : Photo by Tito/Yayasan ARSARI

 

Menurut Ardi, sebelum proses lepas liar, telah dibentuk tim untuk melakukan pemodelan spasial ekologi dan ground check kelayakan lokasi release bersama Yayasan Sintas Indonesia, Departemen Biologi FMIPA Universitas Andalas dan menyatakan bahwa kawasan pelepasliaran sekarang ini, memenuhi kriteria sebagai lokasi pelepasliaran Harimau Sumatera. 

“Tugas penting yang perlu dilakukan adalah, pemantauan dan monitoring pasca pelepasliaran untuk memastikan Putri Singgulung aman dan nyaman di rumah barunya,” tutup Ardi Andono.  

Diketahui, saat diselamatkan dan dievakuasi dari area interaksi negatif yang pertama yakni di Nagari Gantung Ciri, usia Putri Singgulung saat itu diperkirakan baru berusia delapan bulan. Putri lalu dititipkan untuk direhabilitasi di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PR-HSD)-Yayasan ARSARI Djojohadikusumo selama empat bulan pertama yaitu periode Juni sampai dengan Oktober 2020.