Pembakaran Alquran di Swedia dan Denmark Meningkat Sebulan Terakhir, Ada Apa?
- Reuters
Padang – Pembakaran Alquran kembali memunculkan kontroversi di Swedia dan Denmark, dengan serangkaian insiden terbaru yang menciptakan gelombang protes dan perdebatan seputar batas-batas kebebasan berekspresi di dua negara ini.
Aksi pembakaran Alquran terbaru terjadi pada hari Minggu, 3 September 2023, di sebuah alun-alun kota Malmo di Swedia. Tindakan tersebut dipimpin oleh Salwan Momika, seorang pengungsi asal Irak yang secara terbuka mengungkapkan ambisinya untuk memprotes seluruh institusi Islam dan melarang kitab suci tersebut. Aksi ini menimbulkan kemarahan dan kerusuhan di antara umat Muslim dan para pendukung kebebasan berekspresi.
“Beberapa penonton menunjukkan perasaan kesal setelah penyelenggara membakar tulisan-tulisan tersebut, suasananya terkadang memanas dan kerusuhan pun terjadi pukul 13.45 siang,” jelas Polisi Swedia dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Al Arabiya Senin 4 September 2023.
Swedia dan Denmark dikenal sebagai negara-negara yang sangat sekuler dan liberal di dunia, yang telah lama memungkinkan kritik yang tajam terhadap agama. Di Denmark, politisi dari berbagai spektrum politiknya bahkan menyatakan, larangan terhadap tindakan seperti ini akan melanggar hak konstitusional warga negara atas kebebasan berekspresi.
"Saya tidak akan pernah membakar buku, namun saya akan memperjuangkan agar orang lain memiliki hak untuk melakukannya," kata Susie Jessen, seorang anggota parlemen dari partai sayap kanan Demokrat Denmark, menegaskan pendiriannya.
Meskipun kedua negara ini mengakui bahwa kebebasan berpendapat memiliki batasan tertentu, seperti melibatkan hinaan terhadap etnis atau orientasi seksual, mereka tidak memiliki undang-undang yang secara tegas dapat digunakan untuk melarang pembakaran Alquran. Swedia menghapus undang-undang penistaan agama pada tahun 1970, dan Denmark mengikuti langkah serupa pada tahun 2017.