Bangkit  Bersama TIKI, Rendang Tuna Tembus ke Pelosok Negeri

Rosmawarty
Sumber :
  • Wahyu Saputra

Ros juga merasakan berbagai kemudahan layanan TIKI hanya dalam genggaman melalui Aplikasi TIKI yang tersedia di Play Store. Mulai dari pengiriman paket, cek tarif, cek gerai TIKI terdekat, cek estimasi waktu, cek status kiriman, hingga adanya notifikasi SMS pemberitahuan saat barang dikirim dan setelah diterima pelanggan.

Pemko Padang Tingkatkan Fasilitas Kolam Renang Teratai Guna Mendongkrak PAD

Selain itu, Ros juga mengungkapkan adanya layanan pengemasan dari TIKI agar barang kiriman lebih aman sampai di tangan pelanggan. Baginya, layanan TIKI makin prima dan maksimal sebab memberikan asuransi perlindungan bagi produknya yang dikirim ke seluruh penjuru negeri.

“Pokoknya banyak kemudahan yang saya rasakan dari TIKI. Apalagi kita bisa disebut sudah membernya TIKI, jadi dapat diskon dan bayarnya bisa per bulan atau bulan berikutnya,” tuturnya. 

Polda Sumbar: Situasi Kamtibmas Pasca Pemungutan Suara Pemilu 2024 Aman dan Terkendali

Kendati begitu, dia tak menampik pernah kirimannya terlambat sampai ke tangan konsumen. Namun dia memaklumi karena keterlambatan bukan disengaja pihak TIKI, namun karena adanya kendala di jalan, seperti macet, bencana alam, atau penghalang lainnya yang tak dapat dielakkan manusia. 

Rendang Tuna

Photo :
  • Wahyu Saputra
Caleg Dari Partai Pendukung Anies di Sumbar Hijrah Ke Prabowo-Gibran

Bangkit dari Bangkrut

Tak mudah bagi Ros begitu panggilannya, meniti hidup dalam dunia wirausaha hingga bertahan di posisi saat ini. Apalagi di Kota Padang yang notabene masyarakatnya pedagang. Terlebih lagi usaha suaminya, Karim (60) mengalami kebangkrutan pada 2015, sementara harus menghidupi 6 orang anak yang masih kecil, butuh Pendidikan, dan kehidupan yang layak.

Ros menetap di Kota Padang juga bukan kebetulan belaka. Anak pertama dari 7 bersaudara ini, awalnya merantau ke Ranah Minang pada tahun 1996 ketika suaminya dipercaya menjadi Area Manager Sumbar-Riau PT GE Lighting Indonesia. Kemudian memilih jalan sendiri, dan membuka usaha elektronik pada tahun 1998.

“Bapak (suami) mengundurkan diri, lalu buka usaha elektronik dan bahan bangunan. Akhirnya kami menetap di Lubuk Begalung, Kota Padang,” ujar anak pensiunan pegawai rendah Disperindag Palembang ini.

Seiring waktu, usaha yang digeluti berkembang pesat. Mampu membeli rumah, sejumlah mobil, dan memperkerjakan lima orang karyawan. Nahasnya, musibah memang tak mampu dielakkan. Pada tahun 2009, Sumbar dihoyak gempa dahsyat, dan dampak terparah di Kota Padang.

Lanjut Ros, akibat bencana gempa berkekuatan 7,6 skala richter itu, ekonomi di Sumbar lumpuh dan daya beli masyarakat turun drastis. Lambat laun, usaha elektronik yang digeluti suaminya juga merosot tajam hingga 2014, dan tak kunjung pulih seperti yang diharapkan semula.  

“Kita sudah nampak usaha bapak (suami) tak bisa jalan. Akhirnya saya mulai jualan kue kering 2014 untuk membantu ekonomi keluarga. Mobil semua terjual, karyawan dirumahkan, dan pada 2015 usaha bapak (suami) habis, bangkrut,” jelasnya berkaca-kaca.

Suaminya, Karim terpaksa diajak adiknya merantau ke Bandung, Jawa Barat dan bekerja di perusahaan tekstil. Ros tak tinggal diam, dia dan 6 anaknya bertahan hidup dengan berjualan kue kering di Kota Padang, bermodalkan sisa-sisa faktur yang belum dilunaskan pelanggan alat elektronik sebelumnya.

Halaman Selanjutnya
img_title