Bangkit  Bersama TIKI, Rendang Tuna Tembus ke Pelosok Negeri

Rosmawarty
Sumber :
  • Wahyu Saputra

“Tak lama setelah itu, Bapak (suami) kena strok, mungkin akibat masih terpukul usahanya bangkrut. Jadi ekonomi keluarga waktu itu benar-benar fase tersulit,” cerita perempuan 6 anak itu.

Pariwisata Sumbar Berkembang Pesat, Desa Wisata Jadi Motor Penggerak

Sebut Ros, ketika Hari Raya Idul Fitri 2017 keluarganya tak mampu memasak rendang daging lantaran harga daging mahal. Demi menyuguhkan masakan rendang di Hari Lebaran, dia terpaksa membeli sejumlah ikan tuna untuk dijadikan rendang, dan ternyata sangat disukai tetangga saat bertamu ke rumah.

Berawal dari situ, Ros memberanikan diri menawarkan Rendang Tuna tersebut ke sejumlah teman, sanak keluarga, dan kenalannya di luar Kota Padang. Ternyata banyak peminat, dan bahkan makin banyak permintaan. Peluang ini pun tak disia-siakan Ros untuk lebih serius membuat Rendang Tuna.

Koper CJH Maksimal 32 Kg, Simak Penjelasan Kemenag Sumbar

“Pernah di rumah hanya punya uang Rp50 ribu. Saya sempat berdoa agar saya tetap optimis dan semangat. Makanya nama kelompok kita, Poklahsar Ayo Bangkit. Alhamdulillah, Allah beri kemudahan dan peluang di balik kesulitan,” tutur Ros haru. 

Ujian tak sampai disitu, produk Rendang Tuna olahannya pernah ditawarkan ke Pusat Oleh-oleh Christine Hakim dan dianggurin sebulan lebih. Tiba-tiba doanya dijawab Tuhan, dan dihubungi pihak Christine Hakim dengan memesan Rendang Tuna sebanyak 30 bungkus untuk dipasarkan, dan laris dalam waktu yang cukup singkat.

Gubernur Mahyeldi: Jumlah Perantau Disinyalir Melebihi Jumlah Penduduk Sumbar

Berkat kegigihan dan kepiawaiannya mengolah ikan, Ros akhirnya memproduksi beragam bentuk olahan lainnya. Bukan saja Rendang Tuna, tapi juga Tuna Lado Mudo, Kerupuk Tuna, hingga Keripik Tuna. Kepandaiannya mengolah produk berbahan ikan ini, juga tak terlepas hasil belajar dari orang tuanya saat remaja di Palembang.

"Kebetulan orang tua di Palembang waktu itu sering mengolah ikan menjadi makanan, seperti bermacam-macam variasi Pempek," ujarnya.

Kini, dalam sebulan pemilik Dapur Yonica ini membutuhkan minimal 100 kilogram daging ikan tuna segar kualitas ekspor yang dibeli dari PT Dempo. Setelah diolah menjadi rendang, lalu dipacking dengan apik dan menarik masing-masing seberat 250 gram. Produk olahannya ini dijual seharga Rp75 ribu per bungkus, dan bisa bertahan lama hingga 6 bulan.

Ros terus bersyukur, karena mampu berdiri setelah ekonomi keluarganya jatuh bertubi-tubi. Apalagi produk olahannya ini telah dinikmati oleh pecinta kuliner berbagai penjuru negeri. “Produk kita juga sudah pernah dibawa orang ke luar negeri, tapi kita ngirim langsung belum pernah,” tambahnya.  

Alhasil, keenam anaknya bisa mengenyam pendidikan yang layak dan dua di antaranya sudah sukses meniti karir. "Anak pertama sudah berkeluarga dan kerja di perusahaan kosmetik Korea, anak nomor dua penyiar di TVRI Sumbar, anak ketiga mahasiswa DKV di UNP, anak keempat mahasiswa Sastra Inggris di Unand, anak kelima kelas 3 SMA, dan keenam kelas 3 SMP," rincinya.

Sangat beruntung, berkat kegigihannya, Ros juga mendapat bantuan rumah produksi senilai Rp175 juta dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dapur Yonica dengan produk unggulan Rendang Tuna ini juga mendapat binaan langsung dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sumatera Barat. 

"Sangat enak Rendang Tuna ternyata. Kaya rempah, bumbu-bumbu rendang Padang-nya sangat terasa," ucap Fani (26), Staf Dinas Koperasi Pemkot Semarang yang membeli dua bungkus langsung Rendang Tuna Dapur Yonica dalam Indonesian City Expo (ICE) di Kota Padang waktu itu.

Inovasi dan kreatifitas Dapur Yonica mengolah ikan tuna menjadi beragam produk UMKM sangat diapresiasi Desniarti, Kadis Kelautan dan Perikanan Sumbar. Apalagi, Dapur Yunica mampu meracik ikan tuna menjadi beragam produk UMKM bernilai jual dan bisa dikonsumsi masyarakat luas.

Halaman Selanjutnya
img_title