Strategi BKSDA Sumbar Atasi Konflik Buaya Versus Manusia

Ilustrasi Buaya Muara. Foto/Andri Mardiansyah
Sumber :

Selain itu, masyarakat pun diminta untuk tidak menggembalakan ternak di sekitar habitat buaya atau memperluas keramba hingga ke habitat aslinya. Dan, Jangan memviralkan kemunculan buaya yang berdampak terjadinya kerumunan massa.

Kabar Baik, Bayi Gajah Lahir Sehat di Taman Nasional Way Kambas

Ardi menjelaskan, kemunculan buaya di habitat aslinya bukan merupakan konflik. Karena itu, memang wilayah home range (wilayah jelajah) mereka hidup. 

“Kemunculan buaya di sungai yang bukan habitat aslinya, kami istilahkan potensi konflik. Mengingat kemuculan buaya untuk berjemur adalah bagian dari prilaku hidupnya,”kata Ardi lagi. 

Eksplorasi Puspa Langka di Balik Kanopi Hutan Cagar Alam Maninjau

Meski demikian, menurut Ardi apabila sudah menyebabkan efek negatif kepada kehidupan sosial manusia, ekonomi, kebudayaan, dan pada konservasi satwa liar dan atau pada lingkungannya maka itu disebut konflik.

“Itu, sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan nomor 46 tahun 2008 tentang Pedoman Penanggulangan Konflik Antara Manusia Dan Satwa Liar,”tutup Ardi Andono.

Cegah Konflik Buaya-Manusia di Tiku V Jorong, Penangkaran Buaya Jadi Solusi