Ekologi Dan Prilaku Buaya Muara

Ilustrasi Buaya Muara.Foto/Andri Mardiansyah
Sumber :

Padang – Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam menyebut, konflik buaya versus manusia masih menyisakan banyak persoalan yang harus segera di atasi. Banyaknya alih fungsi lahan, menyebabkan habitat buaya muara semakin terancam.

Foto Lepas Liar Baning Cokelat

Rentang waktu 2009 hingga 2022 kata Ardi, terdapat 71 kejadian konflik dengan rata-rata enam kasus kejadian setiap tahun. Kabupaten Agam, menempati urutan teratas dengan jumlah 29 kasus. Lalu, Kabupaten Pasaman Barat di urutan kedua dengan 17 kasus dan Kabupaten Padang Pariaman urutan ketiga dengan total 12 kasus.

https://padang.viva.co.id/ragam-konservasi/285-strategi-bksda-sumbar-atasi-konflik-buaya-versus-manusia

Membandel 15 Pendaki Asal Medan Diamankan Petugas BKSDA Sumbar 

Ardi bilang, jika melihat ekologi dari buaya muara, musim kawin itu biasanya terjadi disaat musim hujan atau ketika debit air di sungai tinggi. Namun, kenaikan suhu udara (climate change) jiga bisa merangsang buaya untuk bereproduksi. 

Musim kawin kata Ardi, terjadi dikedalaman sungai sehingga akan sangat jarang tampak oleh manusia.  Meskipun namanya adalah buaya muara, namun buaya muara lebih memilih area di pinggir sungai yang memiliki air tawar untuk meletakkan telurnya. Terutama di daerah rawa. 

Siamang Jon-Cimung Dilepasliarkan di SM Isau-Isau Lahat

“Musim kawin biasa terjadi satu hingga dua bulan. Kemungkinan besar, terjadi pada bulan November sampai Desember). Setelah kawin, buaya betina akan memilih tempat bersarang dan akan membuat dan mengamankan teritory sekitar sarang  bersama-sama antara jantan dan betina,”ujar Ardi. 

Ilustrasi Buaya Muara.Foto/Andri Mardiansyah

Photo :
  • -

Ardi menjelaskan, sarang buaya muara biasa berada di daerah yang terbuka atau di daerah yg berlumpur dengan sedikit atau tanpa vegetasi di sekitarnya sehingga, dapat terekpose langsung oleh sinar matahari yang dapat membantu proses menetasnya telur buaya.  

“Sarang buaya ini, panjangnya sekitar 175 centimeter dan tingginya kisaran 50 centimeter. Sarang buaya, biasanya terdiri dari tumpukan lumpur, ranting-ranting dan dedaunan,”kata Ardi menambahkan.

Lebih lanjut Ardi, usai membuat sarang, buaya betina biasanya akan bertelur. Jumlah telur buaya sekitar 40 sampai 60 butir dengan kemungkinan menetas hanya 50 persen dari jumlah telurnya. 

Jenis kelamin anak buaya, sangat ditentukan oleh suhu udara. Suhu udara 30 derajat celcius, biasanya menghasilkan anak buaya betina dan suhu lebih dari 30 derajat celcius, akan menghasilkan buaya jantan.

Ardi menambahkan, buaya betina akan berada di sekitar sarang sampai telur menetas dalam rentang waktu 75 hari hingga 109 hari. Tujuannya, selain menjaga telur dari predator, betina juga terus menjaga agar telur selalu basah. 

Pada masa ini, maka buaya betina akan sering berada di permukaan dan sekitar sarang.  Untuk menghindari konflik dengan manusia masa bertelur dan menunggu telur menetas ini harus dihindari oleh manusia dengan tidak berada di sekitar sarangnya. 

Ilustrasi Buaya Muara. Foto/Andri Mardiansyah

Photo :
  • -

Dijelaskan Ardi lagi, buaya muara adalah jenis hewan yang memiliki gigitan terkuat diantara semua hewan mamalia. Jadi satu-satunya cara menghindari kejadian fatal serangan buaya adalah, dengan tidak bersinggungan dengan buaya muara ini terutama ketika masa bertelur dan menunggu telur menetas. 

“Buaya muara, termasuk gerenalist dan oportunistic species untuk urusan prey dimana mereka bisa memakan apa saja yang mereka temui ketika sedang berburu mangsa. Mangsanya, mulai dari kepiting, burung, katak dan bisa juga hewan ternak. Untuk menghindari konflik, maka ternak harus dihindarkan dari habitat buaya,”tutup Ardi Andono.