Mengenal lebih Dekat Koorders Sang Pelopor Perlindungan Alam

Doctor Phil. bot. Sijfert Hendrik Koorders
Sumber :
  • Tectona XIII, 1920

Padang – Keberadaan kegiatan Perlindungan (konservasi) Alam di Indonesia, sangat berkaitan erat dengan nama Dr. Sijfert Hendrik Koorders. Dialah pendiri dan ketua pertama Perkumpulan Perlindungan Alam Hindia Belanda (Nederlandsch Indische Vereeniging tot Natuurbescherming). 

Kesuksesan Hendri Septa Jadikan KWT Gunung Padang Tertata

Perkumpulan ini, semacam organisasi pencinta alam yang mempelopori dan mengusulkan kawasan-kawasan dan jenis- jenis flora dan fauna tertentu, pembuatan peraturan-peraturan dan berbagai tulisan dari hasil penelitian tentang perlindungan alam (jenis satwa dan tumbuhan).

Dikutip dari buku Jejak Kawasan Konservasi yang diterbitkan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan, Koorders lahir 29 November 1863 di tanah Parahyangan nan asri, Bandung. Ia merupakan satu-satunya anak dari pasangan Dr. Philol Jur, et Theo Daniel Koorders dan Maria Henriette Boeke. 

Dua Kelahiran Baru Orangutan Kalimantan di TN Betung Kerihun, Harapan Baru Konservasi dan Kolaborasi

Ayahnya sebagai salah satu anggota korps mahasiswa Universitas Utrecht yang terkenal dan tercatat sebagai mahasiswa terpandai dari seluruh universitas. Lulus dengan penghormatan tertinggi dan menjadi doktor di tiga fakultas. Di tahun 1869, pemuda Koorders sudah harus kehilangan ayahnya dan bersama ibunya menetap di Haarlem dengan menyibukkan sebagai pekerja sastra. 

Sesungguhnya, pengharapan ayahnya yang menginginkan anaknya ini untuk menjadi seorang pendeta, sebagai tradisi keluarga besarnya. Sebaliknya, anak ini mendapatkan ijin untuk melakukan studi kesayangannya dan keluar jalur dari yang diharapkan orang tuanya. Selesai dari ujian akhir Sekolah Negeri 5 di Haarlem di bulan Juli 1882, dia mengikuti lagi ujian persamaan dalam bidang ilmu pasti dan ilmu tanaman. 

Membandel 15 Pendaki Asal Medan Diamankan Petugas BKSDA Sumbar 

Kesenangannya akan ilmu tanaman, mengantarkan dia melanjutkan studi kehutanan di Jerman berdasarkan Resolusi Menteri Negara-negara Jajahan pada tanggal 4 Oktober 1881. Dia tinggal selama setengah tahun untuk melakukan praktek di Dinas Kehutanan Muhlenbeck di Settin pada Ovberfoster JENE dan satu setengah tahun pada Forst-Und Jagd – Akademi Kerajaaan Prusia di Neustadt-Eberuwalde di Berlin.

Kepandaainnya yang mengantarkan dia meneruskan studi di Berlin, dan pada tanggal 30 Juni 1897 dapat menyelesaikan disertasi dengan judul “Uber die Blutthenknospen-Hydahoden Einiger Tropischen Pflanzen”. Lulus dengan pujian multa cumlaude alias Doctor Phd bot pada umur 49 tahun setengah tahun lebih awal dari jatah studi umumnya.

Sebelum diberangkatkan ke Hindia Belanda (Indonesia), Pemerintah Belanda mengirimkan Koorders untuk mengikuti satu semester di Universitas Tubingen menekuni Ilmu Alam. Untuk beberapa waktu, demi studinya, dia masih tinggal di Sekolah Pertanian Negara di Wageningen.

Berdasarkan berita dari Kementrian Lt.D No. 6 tanggal 27 Oktober 1884, yang diputuskan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, akhirnya dia berangkat ke Indonesia dan tiba di Jawa pada tanggal 21 November 1884.

Peta Kondisi Hutan Jawa Sebelum Dan Sesudan Sijfert Hendrik Koorders

Photo :
  • Tectona XIII, 1920

Koorders tiba di Indonesia sebagai houtvester yang mempunyai perhatian lebih besar kepada sisi botaninya. Hasil kerjasama dengan ahli botani Dr. Th Veleton, lahirlah karya besarnya, yaitu “Bijdragen tot de kennis der Boomsoorten van Java” (Sumbangan pengetahuan terbesar tentang jenis-jenis pohon di Jawa) sejak tahun 1893 – 1914 sebanyak 13 jilid. Ada sekitar 595 jenis tumbuhan yang menggunakan inisial Kds (Koorders) dibelakang nama spesies yang berhasil dipertelakan oleh Koorders.

Tahun 1913 merupakan tahun yang istimewa bagi Koorders, sehubungan dengan terbentuknya Exkursion-flora von Java (wisata anaman Jawa), memulai pada bidang yang baru dan mengkhususkan perhatiannya pada sifat tanaman liar dataran tinggi.

Atas saran dari keponakannya, W van Bermmelen, Direktur Meteorologi dan Observatorium di Batavia dan T. Ottolander, Ketua Serikat Pertanian Hindia Belanda, maka didirikannya Perkumpulan Perlindungan Alam Hindia Belanda di Batavia pada tanggal 22 Juli 1912. Di dalam rapat pertama pendirian perkumpulannya ini Koorders dengan kelebihan suara diangkat sebagai Ketua pertamanya, dan fungsi ini tetap dipegangnya sampai dia meninggal.

Hasil yang diperoleh selama 7 tahun, setelah pendirian perkumpulan, meskipun tujuan yang telah ditetapkan sejak awal belum tercapai seluruhnya, Koorders tetap merasa puas. Pemerintah Hindia Belanda mendukung segala usahanya untuk melindungi kekayaan alam.

Pada tahun 1916 di dalam ordonansi yang tercakup di dalam Lembaran Negara no. 278, bagi Gubernur Jenderal dibuka kemungkinan untuk menetapkan, bahwa (sebagian) tanah milik negara harus dianggap monuman alam, yang di dalamnya tidak boleh dilakukan sesuatu yang membawa perubahan, sementara para pelanggar akan dikenakan hukuman

Di tengah-tengah kesibukannya pada perterngahan tahun kedua, Koorders jatuh sakit dan tidak pernah sembuh kembali. Masuk angin yang rupanya diperparah oleh serangan influenza, dan dianggapnya tidak menganggu kesibukannya, untuk sementara waktu cukup dengan istirahat yang akan mengembalikan kepulihannya, yang mengakibatkan merambat ke paru- parunya. 

Sesuai keputusan Direktur Pertanian, Kerajinan dan Perdagangan (Directeur van Landbouw, Nijverheid en Handel tanggal 4 Oktober 1919 No. 1562) Koorder mendapat cuti sakit dan tinggal di Weltevreden (sekarang Cikini). Sempat dipindahkan ke rumah sakit di Batavia diperlukan operasi paru- paru karena akses hati, yang semula masih memberi harapan untuk sembuh. 

Meskipun perawatan yang tak kenal lelah dari istrinya Koorders dan personil perawat, penyakit terus menyebar, dan tidak tertolong lagi. Tepat tanggal 16 November 1919, pada pukul 13.00 dia meninggalkan dunia pelestarian alam yang telah dibangunnya.