Potensi Ancaman Bahaya Jika Tebing Harau Dipasang Landmark Besar
- Padang Viva
Padang – Ahli Gegologi Sumatra Barat, Ade Edward mengingatkan adanya potensi ancaman bahaya yang tidak bisa dianggap remeh apabila sisi tebing Lembah Harau, dipasang Landmark bertulis TWA Lembah Harau sesuai rencana yang diapungkan Balai Konservasi Sumber Daya ALam (BKSDA) Sumatra Barat.
Menurut Ade Edward, karakteristik dan struktur bebatuan tebing Lembah Harau secara umum merupakan jenis batuan sedimen breksi konglomeratan dan batupasir berlapis. Jenis bebatuan ini, memiliki kekuatan jauh lebih lemah dari pada batuan beku Granit. Sehingga berpotensi tidak bisa menahan beban yang cukup berat.
“Yang harus dipahami, karakteristik dan struktur batuan Harau itu adalah sedimen breksi konglomeratan dan batupasir berlapis. Bukan jenis Granit seperti yang disebut BKSDA Sumbar. Jenis batuan ini kekuatannya, lebih lemah dari batuan granit. Sehingga potensi landmark roboh dan menimpa apa yang ada dibagian bawah cukup tinggi,”kata Ade Erward, Sabtu 5 November 2022.
Ade Edward bilang dari data Geologi, Lembah Harau selain merupakan kawasan yang disusun oleh batuan sedimen breksi konglomeratan dan batupasir berlapis, juga merupakan batuan Formasi Brani yang berumur kisaran 30 40 juta tahun silam. Batuan di kawasan ini, terbentuk karena endapan dilaut.
“Jadi sekali lagi, batuan di Harau bukan jenis batuan Granit yang keras. Sebaliknya, kekuatan lemah, rapuh. Jadi harus dipertimbangkan secara matang. Harus di uji ketahanan sisi tebing menahan bobot. Jangan sampai roboh malah menimbulkan korban jiwa. LIbatkan ahli geologi, minta pandangan mereka soal bebatuan Harau. Jangan gegabah karena ini juga menyangkut soal keselamatan orang yang ada dibawah landmark itu (apabila jadi dibuat),”ujar Ade.
Selain itu Ade menilai, rencana pembangunan atau pemasangan landmark TWA Lembah Haru ini juga bagian dari perusakan secara terang-terangan. Biarkan saja Lembah Harau alami tanpa dipoles-poles demikian. Apalagi, saat ini Lembah Harau diproyeksikan masuk dalam satu dari tujuh daftar geopark yang diusulkan menjadi bagian UNESCO Global Geopark atau jaringan geopark dunia.
Belajar dari kegagalan rencana pengusulan Geopark Silokek kata Ade, salah satunya karena mengabaikan keutamaan pernyataan ahli sesuai prosedur standar Unesco. Kalau kita proyeksikan untuk sertifikat akreditasi dari Unesco, tentu mau tidak mau suka tidak suka kita harus adopsi prosedur dan standar Unesco. Nah dengan dipsangnya landmark, tentu saja berdampak terhdap upaya kita mengusulkan Harau menjadi bagian dari UNESCO Global Geopark.
“Tebing dan Lembah Harau hanya bisa disebandingkan dengan Yosemite National Park, Sierra Nevada USA. Termasuk kategori World GeoHeritagem, Warisan Geologi Dunia. Jadi jangan rusak tebingnya. Biarkan alami. Kaji juga potensi ancamannya karena strutur batuan yang lemah. Jangan gegabah. Jangan sampai ada persoalan baru dikemudian hari. Ini juga menyangkut keselamatan pengunjung,”tutup Ade Edward.