Ancaman Krisis Pangan Mengancam Sumbar! Irigasi Rusak Akibat Bencana Jadi Prioritas Utama
Padang – Bencana alam yang silih berganti di Sumatera Barat (Sumbar) telah meninggalkan luka mendalam, tak hanya pada infrastruktur, tetapi juga pada sektor vital: pertanian. Rusaknya irigasi akibat bencana menjadi bom waktu yang dapat memicu krisis pangan di wilayah tersebut.
Menyadari urgensi ini, Gubernur Sumbar Mahyeldi langsung tancap gas dan menegaskan bahwa pembenahan irigasi yang rusak akibat bencana menjadi salah satu program prioritas pada tahun 2024 dan 2025.
"Kerusakan irigasi ini dapat berakibat fatal bagi sektor pertanian dan berujung pada krisis pangan. Oleh karena itu, pemulihannya menjadi prioritas utama bagi kami," kata Mahyeldi
Kekhawatiran Gubernur bukan tanpa alasan, rusaknya irigasi berpotensi menghambat pasokan air ke sawah-sawah, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan penurunan produksi padi secara signifikan.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Sumbar, Febrina Tri Susila Putri, memperkirakan potensi kehilangan produksi Gabah Kering Giling (GKG) akibat bencana ini mencapai 21.641,05 ton. Angka ini cukup besar, mengingat Pemprov Sumbar menargetkan produksi GKG pada tahun 2024 mencapai 1,5 juta ton.
"Penurunan produksi ini tak hanya berdampak pada Sumbar, tetapi juga provinsi tetangga seperti Riau yang banyak bergantung pada produk pertanian Sumbar," ujar Febrina.
Untuk mengantisipasi krisis pangan, Pemprov Sumbar telah menyiapkan sejumlah langkah strategis, seperti meningkatkan Indeks Pertanaman (IP), memanfaatkan lahan kering untuk padi gogo, melakukan upaya pompanisasi untuk mengaliri lahan tadah hujan, dan langkah-langkah ini diharapkan dapat membantu meminimalisir dampak kerusakan irigasi dan menjaga ketahanan pangan di Sumbar.
Masyarakat Sumbar pun diajak untuk berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan dan meminimalisir risiko terjadinya bencana alam. Dengan upaya bersama, diharapkan Sumbar dapat terhindar dari krisis pangan dan terus menjadi lumbung padi bagi Indonesia.