Festival Maek 2024 Resmi di Helat

Ketua DPRD Sumbar Supardi
Sumber :
  • Padang Viva

Padang –  Festival Maek 2024 resmi dimulai. Ribuan masyarakat memadati lapangan bola kaki Jorong Koto Gadang, Nagari Maek, Kecamatan Bukit Barisan, Kabupaten 50 Kota.

Kapolda Sumbar Disomasi LBH Padang

Festival arkeologi terbesar di Sumatera Barat itu sudah dibuka oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumbar Supardi, pada Rabu kemarin.

Setelah 40 tahun lamanya, akhirnya riset dan penelitian tentang Maek bakal dilanjutkan. Festival Maek sendiri bakal dilakukan selama tiga hari, dari Rabu hingga Sabtu 17-20 Juli 2024.

Sepatu Buatan Lokal Jadi PIlihan Gubernur Mahyeldi Saat Pelantikan di Istana

Supardi mengatakan, satu setengah tahun lalu ia telah memulai rencana Festival ini. Ketika itu hadir pemuka masyarakat Maek dalam sebuah forum diskusi. Tujuannya satu mewujudkan mimpi, Maek asal mula peradaban dunia.

Hal itu buat menepis rasa pesimis yang telah lama ada pada masyarakat Maek. Sebab setiap orang yang datang kesana, selalu bicara menhir tapi tak memberi penjelasan apa-apa.

Pemko Padang Siapkan Strategi Anggaran yang Tepat Sasaran

Supardi yang punya satu nafas dengan masyarakat Maek hanya ingin satu hal, mimpi itu dapat terwujud dan Nagari Seribu Menhir bakal dilirik kembali.

"Saat ini, semua harapan masyarakat Maek yang telah terkumpul 1,5 tahun yang lalu bakal kita mulai dan wujudkan," kata Supardi, Jumat 19 Juli 2024.

Perjalanan panjang ini dimulai Supardi bersama Dinas Kebudayaan Sumbar sejak dari mengunjungi UGM, BRIN, hingga Unesco.

"Saya meminta kepada peneliti UGM agar rangka hasil ekskavasi tahun 1985 diproses kembali. Itu semua agar Maek jadi warisan budaya dunia, bisa dapat terwujud," ujarnya.

Supardi meyakini, Maek bakal jadi pariwisata khusus. Lewat Festival, para arkeolog dan peneliti dunia akan membukak penelitian untuk mengungkap tabir dan misteri peradaban tertua.

Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar Jefrinal Arifin, menyebut soal betapa pentingnya warisan sejarah di Maek. Ia mengatakan, tambo yang menjadi sumber utama dalam adat kita sebagai orang Minang, tidak memberikan angka dan tahun yang pasti. Kapan sebenarnya nenek moyang kita datang dan menetap di pulau perca Sumatera ini.

"Menhir di Maek tak hanya membuat penasaran peneliti tapi kita juga orang Minangkabau, apakah ini bakal jadi lembaran baru dari kebenaran narasi sejarah kita orang Minangkabau," ujarnya.

Di Sumbar sendiri, menhir dan artefak kerangka manusia purba paling banyak ditemukan di maek. Lanjut Jefrinal, hingga saat ini kapan masa hidup dari kerangka-kerangka itu belum dapat. dipastikan.

"Sampel-sampel itu sudah dibawa ke Australia untuk dilakukan carbon dating. Tapi hasilnya masih belum keluar. Kita harapkan kebenaran itu bakal secepatnya terungkap," katanya.

Namun dari dugaan saat ini, diperkirakan jasad yang ditemukan di Maek itu berumur 4000 tahun. Berdekatan dengan kapal nabi nuh kira-kira 5000 tahun lalu. Artinya sudah sangat lama ada manusia yang hidup di tanah Minang.

Helat ini turut menghadirkan kolaborasi akademisi, budayawan, dan para seniman dari dalam dan luar negeri. Hal ini menjadi peluang kerja sama untuk mempromosikan adat istiadat budaya di Sumatera Barat.

"Harapan Kita event ini bisa dimanfaatkan oleh anak nagari maek untuk mempertahankan budaya itu semua. Sebab selama ini orang datang bukan hanya saja karena ada peninggalan purbakala di nagari maek. Tapi juga karena ke khasan adat istiadat Maek," ucapnya

Peninggalan sejarah di maek termasuk cagar budaya yang dilindungi Undang-undang  di Indonesia. Pemprov Sumbar papar Jefrinal, berkomitmen untuk melestarikan seluruh cagar budaya yang ada, khususnya nagari maek.

Secepatnya ia akan menetapkan Maek sebagai cagar budaya provinsi dan nasional, dan jadi warisan budaya dunia.

"Semoga dengan diselenggarakannya event ini jadi pengingat dan motifasi untuk kita semua mengupayakan impian itu terwujud. sebab warisan dunia merupakan jalan panjang penelitian berbagai disiplin ilmu dan kerumitan birokrasi. Moga moga menhir menyusul WTBOS jadi warisan dunia," ujarnya.

Bupati 50 Kota Safaruddin yang turut hadir dalam pembukaan juga berjanji bakal melanjutkan festival ini kedepannya.

Efrizal Hendri Wali Nagari Maek sembari berseloroh dalam sambutannya turut mengamini atensi itu.

"Kami masyarakat maek siap mengurangi minuman manis. Tapi akan menebar senyuman manis. Nagari Maek siap jadi destinasi wisata arkeologi dunia," tuturnya

Direktur Festival Donny Eros, dalam sambutannya menyampaikan bahwa perhelatan ini adalah sebuah pekerjaan yang tidak mudah.

Ia bersama para kurator Zulkarnaini Diran, Aprimas, Eka Maryanti, Zuari Abdullah, dan S.Metron Masdison, butuh waktu bertahun-tahun menyiapkannya. Dimulai dari 10 tahun yang lalu hingga sekarang.

Baginya Lembah Maek, ibarat permata tersembunyi yang menyimpan kisah-kisah agung dari peradaban kuno.

"Melalui riset yang penuh ketekunan dan semangat, kami berhasil menyibak tabir misteri yang menyelimuti artefak-artefak, struktur-struktur megah, serta jejak-jejak kehidupan yang memberi kita gambaran akan kekayaan masa lampau," kata dosen Fakultas Ilmu Budaya Unand itu, Rabu (17/07/2024).

Ia juga berterima kasih pada masyarakat Maek, yang dengan kehangatannya dengan senang hati bekerja sama.

Festival ini turut menghasilkan dua buku dari empat orang seniman. Mereka adalah Iyut Fitra dan Yudilfan Habib yang menulis "Maek Memantul Dalam Puisi dan Prosa."

Serta Widi Adrianto dan Satria Putra dalam karya, "Maek Cerita Dibalik Sketsa."

Para seniman yang sudah berkontemplasi selama berbulan-bulan dengan alam Maek ini akan mempresentasikan karya-karya mereka dalam sesi diskusi di hari kedua.

Mereka bakal membahas berbagai hal terkait karya yang dihasilkan mulai dari proses hingga siasat dan strategi mereka ketika hendak merespon Maek secara kreatif.

"Kami berharap, buku ini bukan sekadar panduan, namun juga menjadi jendela yang membuka cakrawala pengetahuan dan inspirasi bagi Anda semua," ucap Donny.

Ia juga berharap seluruh rangkaian Festival Maek turut mendukung agenda pemajuan kebudayaan, utamanya di Maek.

Festival dibuka oleh seni pertunjukan ‘Mimetik Sulbi (Hikayat Batu Tegak)’, karya duet dramaturg S Metron Masdison dan Zuari Abdullah dengan Andre Junaidi sebagai pengisi musik.

Pementasan ini ingin mereplikasi peristiwa paling sublim dalam sejarah Maek. Batu Tegak.

Pertunjukan ini dibawakan oleh sekelompok pemuda yang membopong batu besar serupa menhir. Diiringi seorang "janang" (narator) yang membawakan prolog berbahasa minang.

Para pemuda itu kemudian mamaek (memahat) batu tersebut. Dalam pertunjukan ini koreografer Jefriandi Usman (Indonesia), Bianca Sere Pulungan (Jerman), dan Janette Hoe (Australia), berkolaborasi dengan 20 anak nagari Maek.