Puluhan Siswa Alami Kesurupan di Bukittinggi, Psikolog Jelaskan Ini

Psikolog Bayu Prasetya di Universitas Fort De Kock Bukittinggi
Sumber :
  • Amanda/ Viva.co.id

Padang – Kota Bukittinggi kembali digemparkan dengan adanya kesurupan massal yang dialami oleh puluhan siswa di salah satu SMK Negeri di Bukittinggi pada Jumat 2 Agustus 2024.

Puluhan Mahasiswa Universitas Fort De Kock Bukittinggi Ikuti Pelatihan Peningkatan Kapasitas Bisnis

Menanggapi kesurupan massal tersebut, Psikolog Bayu Prasetya Yudha, S.Psi., M.Psi., Psikolog mengatakan bahwa secara psikologis, kesurupan ini merupakan reaksi kejiwaan yang disebut dengan Dissosiatif Trance Dissorder atau gangguan disosiasi

"Gangguan disosiasi ini terjadi dikarenakan adanya konflik-konflik yang tidak terselesaikan yang masuk ke dalam bawah sadar dan dipendam, ketika ada pemicu maka konflik-konflik tersebut keluar ke permukaan melalui perilaku-perilaku yang bisa kita amati yaitu dikenal dengan namanyy kesurupan dan gangguan semacam ini termasuk gangguan mental," kata Bayu Prasetya.

Pasca Puluhan Siswa SMKN 2 Bukittinggi Kesurupan, Sekolah Lakukan Ini

Menurutnya, faktor dominan yang dapat memicu terjadinya kesurupan adalah faktor psikologis seperti stres dan depresi. 

"Seseorang yang mengalami stres mudah sekali tersugesti dengan berbagai hal dikarenakan bisanya orang yang stres itu sering melamun yang menandakan kosongnya pikiran sadar," katanya.

Trauma Mendalam, Psikolog Ungkap Dampak Pencabulan Terhadap Santri di Agam

Ia menjelaskan bahwa jika pikiran sadar kosong sudah pasti pikiran bawah sadarlah yang mendominasi sehingga untuk menghindarinya perlu dilakukan beberapa hal seperti menghindari hal-hal yang mencetuskan stres atau membebani pikiran secara berlebihan.

" Kemudian cobalah untuk mengubah gaya hidup agar lebihh sehat dengan cukup istirahat, berolahraga dan lakukan hobi positif yang disenangi supaya tubuh maupun pikiran menjadi rileks serta mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara menjalankan ibadah sesuai dengan agama dengan kenyakinan masing-masing, mengelola emosi dan pikiran agar terhindar dari stres dan sikapi semua masalah dengan bijak dan kepala dingin," ujar Dosen Psikologi Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

Melihat fenomena kesurupan yang didominasi oleh perempuan, Bayu mengatakan bahwa perempuan lebih sensitif secara emosional, termasuk dalam kasus-kasus kesurupan masal perempuan dianggap lebih mudah terbawa oleh suasana sehingga lebih mudah tertular saat ada orang lain di sekitarnya yang sedang kesurupan.

"Saat kesurupan, secara psikologis yang perlu dilakukan adalah meminimalisir penyebab dari kesurupan seperti pemicu stres, menciptakan lingkungan yang humanis dan menyenangkan, meningkatkan kondisi psikologis individu yang mengalami kesurupan dengan cara hipnoterapy," katanya.

Sementara itu, Bayu Prasetya menjelaskan pasca kesurupan, korban harus dijauhkan dari lokasi kesurupan atau dibawa ke tempat lain supaya suasana lebih tenang dan memberikan ruang rileks pada tubuh korban serta jangan panik apalagi ikut berteriak.

"Sebab menangani orang yang kesurupan harus dalam kondisi tenang tidak boleh panik bahkan ikut berteriak karena situasi ini dikhawatirkan akan memperkeruh suasana," ujar Psikolog Bayu Prasetya.