Rekam Jejak Sang Ayah Juga Penyebab Prabowo Subianto Unggul di Ranah Minang

Prabowo Subianto. Sumber Foto Akun Fraksi Gerindra
Sumber :

Padang – Lembaga Survei Indonesia (LSI) beberapa waktu lalu merilis hasil survei peta elektoral Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) di Provinsi Sumatra Barat. 

Prabowo Subianto Sambut Hari Buruh 2024 dengan Harapan Indonesia Emas

Hasilnya, dari simulasi enam nama tertutup Calon Presiden Prabowo Subianto, paling banyak dipilih masyarakat Sumbar, mencapai 41 persen. Ketua Umum Partai Gerindra yang juga kini menjabat sebagai Menteri Pertahanan RI itu, bercokol cukup jauh dari pesaing-pesaingnya.

Urutan kedua setelah Prabowo ada nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan 34.8 persen, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno 6,5 persen, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo 5.1 persen, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil 1,7 persen, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto 0,1 persen. Yang belum menjawab mencapai 10.9 persen.

Fraksi Gerinda Sumatera Barat Usul Pansus Dugaan Penyelewengan Pajak di Bapenda

Lalu, apa yang menyebabkan Prabowo selalu unggul di Ranah Minang?, terutama sejak Pilpres 2014 silam. Saat itu, Ranah Minang merupakan salah satu wilayah lumbung suara terbanyak bagi Prabowo. 76,9 persen atau setara dengan 1.797.505 suara.

Menurut peneliti sejarah Sumatera Barat Maiza Elvira, di panggung Sejarah masyarakat Sumatera Barat memiliki keterikatan dengan ayah Prabowo Subianto yaitu Soemitro Djojohadikusumo. Soemitro, adalah tokoh yang mendukung perlawanan masyarakat Sumatera barat dalam aksi protes dan tuntutan penerapan otonomi daerah atau yang dikenal dengan PRRI pada tahun 1957. 

Real Count KPU: Perolehan Suara Prabowo - Gibran Kian Kokoh 

Soemitro menurut Maiza Elvira, juga menjadi salah satu orang yang menggagas Negara Minangkabau di tahun-tahun terjadinya perang tersebut, meski kemudian tidak terlealisasi. 

Bersama-sama dengan Bung Hatta, Soemitro memberikan dukungan penuh terhadap perjuangan masyarakat Sumatera barat dalam menuntut pemerintah pusat yang saat itu dipimpin oleh Soekarno untuk menepati janjinya yaitu menerapkan sistem otonomi daerah, karena adanya kesenjangan pembangunan yang terjadi antara pulau Jawa, dan daerah pulau Jawa. 

“Penciutan divisi di beberapa wilayah luar Jawa di tubuh angkatan darat juga menjadi salah satu penyebab perang ini terjadi. Dukungan Soemitro kala itu penuh. Naka Soemitro sangat membekas di hati masyarakat Sumbar,”kata Maiza Elvira.

Maiza Elvira menambahkan, di pilpres sebelumnya animo masyarakat kepada Jokowi juga rendah. Bagi masyarakat Ranah Minang, Jokowi barangkali orang yang baik, tapi terlalu dianggap banyak gaya dan aksi yang tidak penting.

Pencitraan bagi masyarakat Sumatera Barat adalah sesuatu yang tidak penting dan menjadi sesuatu yang memuakkan jika sampai pada taraf akut.

“Kemudian orang-orang di sekeliling Jokowi juga menjadi faktor yang mempengaruhi rendahnya pemilih Jokowi di Sumatera barat. Seperti Megawati, yang merupakan anak Soekarno,”ujar Maiza Elvira.

Menurut Maiza Elvira, Soekarno sayangnya memang bukan tokoh yang digemari di Sumatera barat. Penumpasan PRRI oleh Soekarno, dan keberpihakan Soekarno terhadap PKI membuat luka yang teramat dalam bagi masyarakat Sumatera Barat.

Namun demikian, Prabowo kata Maiza Elvira, bukanlah sosok yang harga mati bagi masyarakat Sumbar. Pilihan hati masyarakat di Ranah Minang, bisa saja beralih pada pilpres berikutnya (2024) apabila Prabowo maju kembali bertarung dengan tokoh lain yang dianggap memiliki sifat ketokohan yang sesuai dimata masyarakat Sumbar.


“Barangkali kalau muncul calon-calon seperti Anis Baswedan, masyarakat Sumatera barat akan berpaling pada Anis. Karena tidak sedikit yang mengidolakan Anis Baswedan di Sumatera barat. Jadi, Prabowo sesungguhnya bukan harga mati. Barangkali jika muncul tokoh lainnya yang sesuai dengan selera orang Sumatera Barat, Prabowo akan teralihkan,”kata Maiza Elvira.



Kemudian ujar Maiza, isu agama juga menjadi faktor yang sangat penting. Siapapun tokoh yg akan muncul nanti, isu agama akan tetap menjadi perhatian utama. Dalam artian, calon presiden yang pro agama akan lebih diminati di sini. Karena sejak masa kolonial, Sumatera barat termasuk ke dalam kantong-kantong dengan penyebaran dan perkembangan Islam yang cukup masif.



Bagi Maiza, peristiwa PRRI itu adalah peristiwa yang sangat kompleks. Tidak hanya permasalahan ekonomi dan militer saja yang menjadi faktor utama. Keberpihakan Soekarno terhadap PKI juga menjadi faktor yang sangat penting. Hal ini disebabkan karena di Sumatera barat, berbagai organisasi keagamaan seperti Masyumi, PERTI, Muhammadiyah dan banyak lainnya tumbuh dan berkembang dengan pesat. 

Organisasi-organisasi ini adalah organisasi yang sering terlibat masalah dengan PKI. Bahkan di masa PRRI tersebut, Dahlan Djambek membuat sebuah gerakan yang bernama GERBAK (gerakan bersama anti komunis). 

“Nah, ketidaksukaan terhadap Soekarno menjadi berkali-kali lipat ketika secara terang-terangan Soekarno menunjukkan keberpihakannya kepada PKI. Yang jelas saat ini ketokohan Prabowo sangat kuat. Tapi bukan harga mati,”tutup Maiza Elvira.