Pesan Hashim Djojohadikusumo Pasca Kematian Harimau Puti Maua 

Proses Evakuasi Harimau Puti Maua. Foto/Andri Mardiansyah/Padang Viva
Sumber :

Padang – Dunia konservasi, kini sedang berduka. Harimau sumatra betina bernama Puti Maua, dari tanah Agam, Sumatra Barat dinyatakan mati pada rabu 8 Juni 2022 sekira pukul 05.00 WIB. 

Pariwisata Sumbar Berkembang Pesat, Desa Wisata Jadi Motor Penggerak

Puti yang kini berusia tiga tahun, mati saat masih dalam pengawasan dan proses rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PRHSD) ARSARI. 

Ketua Yayasan Arsari Djojohadikusumo (YAD), Hashim Djojohadikusumo turut berduka atas kematian Puti Maua yang kini sudah berusia tiga tahun itu. Menurutnya, kematian Puti merupakan kehilangan besar bagi pecinta dan pegiat pelestarian harimau sumatera.

Koper CJH Maksimal 32 Kg, Simak Penjelasan Kemenag Sumbar

“Semoga hal ini (kematian Puti) tidak menyurutkan. Tetapi, justru semakin membakar semangat semua pihak dalam upaya pelestarian satwa liar Indonesia, khususnya harimau sumatera,”kata Hashim Djojohadikusumo, melalui keterangan resmi yang diterima, kamis 9 Juni 2022. 

Senada, Direktur Eksekutif YAD Catrini Kubontubuh mengungkapkan, selaku pengelola Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya, jika kematian Puti Maua merupakan sebuah kehilangan yang besar bagi kita semua. 

Gubernur Mahyeldi: Jumlah Perantau Disinyalir Melebihi Jumlah Penduduk Sumbar

Apalagi mengingat, harimau sumatera adalah satwa dilindungi berdasarkan peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan salah satu penyebab utamanya adalah ketersediaan habitat alami dengan pakan mangsanya kian berkurang.

“Sebuah kehilangan yang besar bagi kita semua,”tutup Catrini Kubontubuh.

Puti Maua, adalah harimau sumatra yang berhasil diselamatkan tim dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam Resor Maninjau dari lokasi konflik di Jorong Kayu Pasak Timur Nagari Salareh Aie Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam.

Puti masuk kandang jebak pada, selasa 11 Januari 2022 usai terlibat konflik panjang. 41 hari lamanya. Dugaan waktu itu, Puti keluar dari kawasan hutan Cagar Alam Maninjau dan memasuki pemukiman warga lantaran kekurangan pakan akibat adanya kasus penyakit African Swine Fever (ASF) yang menyebabkan kematian massal babi hutan di Agam sebanyak kurang lebih 50 ekor. 

Enam bulan lamanya Puti berada dalam pengawasan dan menjalani seluruh rangkaian rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya. Puti pun dijadwalkan akan dilepasliarkan kembali ke habitat aslinya.

Bahkan, lokasi calon rumah baru yang akan ditempati Puti Maua, sudah di survei. Namun, nasib Puti tak se elok nasib dua harimau sumatra bernama Surya Manggala dan Citra Kartini yang kemarin sudah kembali ke rumah aslinya di kawasan TNKS. 

Apa yang terjadi pada Puti, tak hanya sekedar menambah daftar Panjang kasus kematian harimau sumatra. Tapi juga, menyisakan duka mendalam bagi seluruh tim dokter hewan PRHSD ARSARI, BKSDA Sumatra Barat, terutama bagi masyarakat Jorong Kayu Pasak Timur Nagari Salareh Aie Kecamatan Palembayan.